twitter
    Celebrating the T in LGBT

Senin, 04 Juni 2012

Solidaritas? Sampah.

Senin, 4 Juni 2012 dini hari, satu lagi suporter sepak bola Indonesia harus meregang nyawa. Kali ini, korbannya berasal dari Surabaya. Namanya Tomi, siswa kelas XII SMKN 5 (STM Pembangunan) Surabaya. Ia ditemukan tergeletak di tribun penonton setelah  kerusuhan antara suporter (bonek) dan polisi berakhir. Tomi meninggal setibanya di rumah sakit, dengan lebam-lebam di pipi kanan dan pinggang belakang. Penyebab kematian Tomi sendiri belum diketahui, tapi kemungkinan besar ia mati terinjak-injak.

Kejadian ini memembuat saya geram, semakin geram.

Selama ini, suporter bola Indonesia selalu mengagungkan kekompakan dan solidaritas kelompok masing-masing. Setiap saya berdiskusi dengan teman yang menjadi suporter fanatik klub bola tertentu, saya pasti mempertanyakan alasan mereka melakukan perkelahian, tawuran, dan penyerangan (yang semuanya adalah bentuk kekerasan). Jawabannya cuma satu, tidak lain dan tidak bukan: solidaritas! Kata mereka, mana mungkin mereka diam ketika tim yang mereka dukung dicurangi atau dihina; mana mungkin mereka diam ketika rekan mereka sesama suporter diganggu, dilecehkan harga dirinya, oleh kelompok suporter lain?

Mereka boleh memberi argumentasi yang begitu kuat dan berapi-api pada saya. Tapi saya juga tidak akan pernah lupa, bahwa jasad korban tewas akibat perseteruan suporter selalu sendirian, terbuang, jauh dari kelompoknya! Mayat-mayat itu selalu ditemukan belakangan, dalam kondisi yang sudah "entah" wujudnya. Sebagian dari korban ditemukan mati di tempat, yang lain mati dalam perjalanan ke rumah sakit, atau justru mati di rumah sakit karena terlambat ditolong.

Halooo, kalian yang mendewakan solidaritas antar suporter! Di mana kalian berada ketika kawan kalian sekarat di dalam got karena dihajar musuh? Di mana kalian berada ketika rekan kalian kesakitan dan berjuang hidup sendirian, hampir telanjang, remuk tubuhnya, berharap masih bisa bernafas lebih lama? Sedang sembunyi di mana dewa solidaritas kalian ketika kawan kalian sendiri ada di bawah sepatu kalian, kalian injak, kalian tinggal lari? Di mana kuping itu kalian simpan ketika mereka sedang berteriak minta tolong? Orang-orang itu, adalah orang yang berdiri tegak bersama kalian d tribun penonton, yang mengerahkan segenap jiwa raga untuk membela tim tercinta. Mereka itu, yang kalian bilang harus dibela mati-matian, bukan?

Ah. sungguh omong kosong belaka. Solidaritas hanyalah pemanis bibir yang digunakan untuk menutup gunungan ego kalian. Kematian kawan kalian gunakan sebagai alasan berperang lagi, lagi, dan lagi. Aku yakin kalian tahu benar bahwa mereka takkan mati jika tak kalian tinggalkan, bahwa kalian juga lah yang membunuh mereka. Ya, kan?

::che::

2 komentar:

  1. iya mba.. aku juga rada heran sama mereka para suporter, beberapa kali aku melihat mereka (khususnya viking persib kalo ketemu sama the jack persija) selalu aja rusuh dan mengakibatkan muncul korban-korban kerusuhan.. nggregeti bgt,,,
    solidaritas cuma alibi doang, nyatanya egoitas yg ditinggikan..

    BalasHapus
  2. semangat spartan yang disalahartikan.
    saya pernah tanya sama teman yang juga suporter (fanatik), apa sih yang sebenarnya diperjuangkan dengan saling pukul begitu? dan dia terdiam.

    BalasHapus

What's on your mind? Let me know! :))