twitter
    Celebrating the T in LGBT

Selasa, 21 Juni 2011

Oh tuhan, apakah kau sekejam itu?


Satu sore, teman kos mebakar setumpuk kertas di halaman kos.
              "wuahhh, panasnya! mulai sekarang harus berbuat baik terus, nih. Bakar kertas aja panasnya kayak gini, apalagi neraka. ampun dahhh..."

***
saya mendapat gambaran bahwa neraka itu panas dan kejam pertama kali dari buku komik stensilan kecil seharga seratus rupiah. saya kelas dua SD waktu itu. buku itu banyak dijual para pedagang mainan depan SD (hampir semua SD, kayaknya!).
ada gambar orang berteriak-teriak kesakitan dan dicambuki dalam api neraka. ada gambar orang yang lidahnya dipotong karena banyak berbohong. ada yang tangannya disetrika karena suka mencuri. perempuan2 yang dikuliti kepalanya, laki-laki yang dipotong penisnya, dan lain-lain, dan lain-lain. sungguh mengerikan. bahkan saya masih menggigil ketika mengingat gambar-gambar itu.


sekarang saya berpikir, neraka benar seperti itu? kalau memang benar, betapa kejamnya tuhan!
bagaimana tidak? hukuman itu abadi. sekali masuk neraka, kita akan mendapat siksaan itu selama-lamanya. emangnya yang kita lakukan sebanding dengan 'hukuman' itu???

buset dah..

tapi saya yakin,
kalau neraka memang seperti itu,
martin luther, bunda teresa, gandhi, dan segepok pejuang kemanusiaan lainnya pasti sudah melakukan aksi protes besar-besaran di alam baka sana. hahahaaa




::che::

Rabu, 08 Juni 2011

Urip Iki Mung Mampir Ngombe

Berita duka datang minggu lalu. Salah satu rekan saya, sesama Action Partner OIYP (dari Papua Nugini) meninggal, karena HIV/AIDS.

Usianya baru 24 tahun.
Sungguh masih muda.

Di PNG (Papua New Guinea), ia bergabung dgn sebuah komunitas yang menyediakan rumah tinggal dan konseling bagi para ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), terutama yg ditinggalkan keluarganya.
Ia sendiri positif HIV/AIDS, dan melalui komunitasnya ia berbagi rasa, pengalaman, dan dukungan dengan ODHA lainnya.


Sungguh sangat muda, ia. Dan sangat berharga hidupnya.

Beruntunglah,
ia tak menunggu lulus kuliah -apalagi bekerja dan lalu kaya- untuk melakukan sesuatu yg jadi panggilan nuraninya. :)


Gesa,
Gesa.
Terima kasih.
Kamu menyadarkanku.
Hidup (ternyata) memang terlalu singkat. Untuk menunda, apalagi untuk lari dan mengingkari nurani.

Kita sungguh tak tahu apa yang akan terjadi besok, besok, dan besok...


RIP:
Gesa Yanoda

::che::