twitter
    Celebrating the T in LGBT

Kamis, 23 Desember 2010

Saya Mau Menulis Lagi.



Saya baru menengok bebrapa blog teman-teman. Senang sekali rasanya membaca tulisan tulisan mereka. Membuat saya tertawa. Tulisannya tidak lucu, sebenarnya. Tapi tetap saja saya tertawa.

Mungkin saya sedang menertawakan diri sendiri.

berbulan-bulan ini, saya sangat malas menulis. Entah bagaimana bisa begitu, pokoknya saya malas menulis. Sebagai contoh, lihat saja catatan di fesbuk saya. Isinya copas lirik lagu semua.

Di titik ini, saya merasa gak berguna. Bukan pada siapa2, tapi pada diri saya sendiri. tidak menulis membuat saya bodoh. otak jadi melambat dan kurang peka. hati? apalagi. karena saya sudah terlatih untuk mengabaikan kata hati. ya! hati saya selalu mendesak saya untuk mencatat, untuk saya baca lagi kemudian dan berefleksi. tapi saya buang muka dari si kata hati. lama2 jadi terbiasa acuh.

dulu, kalau ada ide, saya terbiasa langsung menulisnya di catatan saya. satu-dua kalimat saja tak masalah. yang penting ditulis dulu. malam hari, saya suka membaca catatan2 kecil saya dan merenungkannya. itulah momen-momen olah rasa saya. makanya, kalau nggak nulis lagi, kebiasaan olah rasa itu juga hilang...

saya nulis, sih, sebetulnya. tapi di status fesbuk. masalahnya, dalam kasus ini, fesbuk gak bisa bantu saya olah rasa. daripada merenungkan status, saya lebih memilih untuk komen2...

gawatnya lagi, hasil pengamatan saya mengatakan bahwa kebiasaan acuh ini menjalar. saya makin sering acuh pada orang lain dan fokus pada diri sendiri saja nih! lebih banyak buka mulut dan menutup telinga. siaaalll... klo ini sih udah parah namanya! =_____= ughh...




hmm...




baiklah. saya akan menulis lagi. saya sudah punya si mungil "jejak Langkah", buku catatan yang sengaja dibuat biar saya nulis. bolpoin juga sudah ada. laptop pun tersedia. tidak ada alasan untuk tidak menulis lagi pokoknya!
maka, mari menulis, mari mengolah rasa. uhuiiy!


::che::

Selasa, 21 Desember 2010

You've Got A Friend

When you're down and troubled,
and you need some helping hand,
and nothing, nothing is going right,
close your eyes and think of me.
And soon I will be there.
To brighten up, even your darkest night.

You just call out my name..
And you know,
wherever I am, I'll come running to see you again.
Winter, spring, summer, or fall,
all you have to do is call.
And I'll be there,
you've got a friend. :)

If the sky above you
should turn dark and full of clouds,
and that old north wind should begin to blow,
keep your head together and call my name out loud.
And soon I will be knocking upon your door.
You just call out my name..
And you know,
wherever I am, I'll come running to see you again.
Winter, spring, summer, or fall,
all you have to do is call.
And I'll be there,
you've got a friend. :)

People can be so cold.
They hurt you and dessert you.
Well they'll take your soul if you let them.
So don't you let them..

You just call out my name..
And you know,
wherever I am, I'll come running to see you again.
Winter, spring, summer, or fall,
all you have to do is call.
And I'll be there,
you've got a friend. :)

::che::

Kamis, 21 Oktober 2010

Mati

Seorang polisi di Lamongan mati kelelahan ketika mengamankan demo mahasiswa.
Di televisi aku melihat mahasiswa mendorong-dorong polisi dan berteriak-teriak.

Ya Tuhan, kenapa sih harus ada gituan? Emang gak bisa ya menyampaikan aspirasi tanpa kekerasan?

Apa sih yang bisa dihasilkan oleh kekerasan? Kekerasan baru? Dendam?
Mungkin banyak efek yang kita gak tau! Hilangnya pencari nafkah keluarga. Adik-adik korban kehilangan sahabat mereka.

Ahh..
Lihat wajah ibu polisi itu! Tidak menangis. Hanya diam terpekur.

Tidak kulihat bedanya dengan ibu para mahasiswa yang mati ditembak polisi. Mereka gak tau politik. Mereka gak tau demo-demo itu tentang apa. Yang mereka tau, anaknya mati.

Mati.

Yang mereka kandung susah payah. Yang mereka lahirkan dengan taruhan nyawa. Yang mereka besarkan dengan hutang dan keringat.
Mati.

::che::

Renungan Malam Ini...

Kata Om Marthen,


Kita juga perlu mengambil inisiatif untuk berbicara DENGAN orang lain,


bukan hanya berbicara TENTANG orang lain.



Beda satu kata = beda tujuan, beda maksud, beda efek, beda akibat, beda tingkat kesulitan.


Semangat! Ayo aplikasikan! Yang muda yang punya inisiatif. Go go go!



::che::

Kamis, 09 September 2010

I believe in God, not the priests



I believe in God, not the priests. Especially the homophopic, patriarchal, unrealistic, and discriminative one.




Ya, saya akui bahwa saya jengah.


Hari ini saya membaca beberapa buletin dan majalah gereja katolik dan sejenisnya. Seperti biasa, semuanya berisi tentang cinta kasih. Ajaran untuk mengampuni. Renungan-renungan dan wejangan tertulis yang menyatakan kita harus mencintai sesama apa adanya bla bla bla.


Bosan, saya beralih ke fesbuk. Oh shit... Status seorang pastor muncul di beranda saya. Seperti biasa, ia menggulirkan kata-kata "bijak" andalannya. Seperti biasa juga, saya meradang membacanya.


Dua tahun yang lalu, pastor itu mendesak seseorang untuk mundur dari pekerjaannya. Lesbian tidak pantas bekerja di institusi katolik. Begitu menurutnya, dan menurut para atasannya yang semuanya adalah pastor juga.


Dua tahun lalu ia berkata pada orang itu bahwa sebenarnya ia tidak sepakat dengan keputusan atasan, tapi tidak bisa berbuat apa-apa.


Fakta itu membuat saya geram. Muak. Dia terkenal karena kotbah-kotbah indahnya. Banyak orang mengaguminya. Dulu saya pun termasuk dalam pengagum itu, dan saya menyesalinya.








Fesbuknya mengingatkan saya pada pastor lain.
Dua tahun yang lalu, orang tua saya membawa saya ke hadapannya. Seorang pastor yang sangat terkenal sebagai ahli kitab suci. Saya masih ingat bagaimana cara ia memandang dan menghakimi saya layaknya sampah dan penyakit yang harus disembuhkan. Saya masih ingat bagaimana ia membentak saya dan sama sekali tidak memberi saya kesempatan untuk bicara.


Sungguh lucu. Saya rasa orang jelata bahkan tidak butuh sekolah dan gelar 'ahli kitab suci' untuk bisa memahami inti kitab suci: cinta kasih. Pada siapapun. Without borders.




Sementara itu, tahun lalu salah satu sahabat pacar saya meninggal. Penyebabnya pembekuan darah di otak belakang, yang merupakan efek dari siksaan suaminya selama bertahun-tahun. Sebagai seorang katolik, ia berkali-kali mengonsultasikan masalah keluarganya pada pastor. Apa yang ia dapat? Wejangan untuk bersabar dan peringatan bahwa gereja katolik melarang perceraian, tanpa bisa mengatasi masalah mereka dan menghentikan kekerasan si suami padanya.


Hasilnya? Matilah ia.






Apakah semua pastor kenalan saya itu buruk? Tidak. Beberapa pastor sangat menggugah hati saya. Karena kesediaan mereka turun ke tanah dan menyatu dengan manusia-manusia lainnya. Karena keterbukaan pikiran mereka dalam menyikapi hidup. Karena kesediaan mereka mendengar, melihat, dan merasakan pengalaman-pengalaman orang lain. Karena kerendahatian mereka. Karena kecerdasan mereka dan keberanian mereka mempertanyakan dogma.


Sayang saya hanya mengenal sedikit pastor macam itu. Sisanya?
Masih mendengungkan kotbah-kotbah beracun di telinga saya. Masih terbuai oleh makanan-makanan enak dan berbagai fasilitas gratisan tiap hari di singgasananya.


::che::

Kamis, 21 Januari 2010

Peace Generation: Serve as You Are

Semalam teman saya, anggota Peace generation juga, bercerita.

Seseorang bertanya padanya, apa sih yang selama ini Peace gen lakukan? Meski membawa jargon perdamaian, sepertinya tidak banyak yang Peace Gen lakukan bagi orang lain. Ia mengambil acara Munir Memorial Lecture dan Pekan HAM sebagai contoh. Apa iya pesan perdamaian yang dibawa Peace Generation itu nyampe? Jika melihat Panggung Refleksi (yang di depan Gedung Agung), orang hanya akan berpikir: 'oh, ada pentas musik'. That's it. Contoh lain, waktu gempa padang, apa sih yang Peace Gen lakukan? Emang Peace Gen peduli? Di akhir tanya-jawab itu, seseorang ini berkata: 'Nampaknya kalian terlalu sibuk dengan diri kalian sendiri.'




Aku tidak kaget mendengar pertanyaan dan peryataan itu, sebenarnya. =) karena aku pernah mempertanyakan hal yang sama. Mengapa Peace Gen (nampaknya) tidak banyak berbuat untuk masyarakat?


Namun, setelah melalui banyak hal di Peace Gen, aku malah mempertanyakan pertanyaanku tadi.
*halah!

Benarkah Peace Gen terlalu sibuk dengan diri sendiri?



Hmmm.... =)
Yang aku tahu, di Peace Gen ada peneliti2 muda

Yang aku tahu, di Peace Gen ada film maker.

Yang aku tahu, di Peace Gen ada yang jago masak.

Ada juga yang jago musik!

ada yang aktif di organisasi mahasiswa.

Beberapa bergabung dengan organisasi kerohanian.

Yang aku tahu, banyak juga alumni Peace Gen yang bekerja di NGO, sesuai minat masing2.

Hmmm.... lalu ada yang jago desain!

O iya, ada yang jago nulis dan hobi banget nulis.

Ada yang prestasi akademisnya gila-gilaan.

Di Peace Gen juga ada beberapa fotografer handal lho!

Ada pecinta lingkungan juga. Sebagian suka mendaki gunung, sebagian lagi menggunakan sepeda ke mana-mana.

Manajer Band juga ada!

Calon-calon guru pun ada.

Kayaknya masih banyak juga yang belum kusebut. =D


Itulah Peace Gen.

Kalo aku.... Aku hobi menulis. Aku juga bergabung di salah satu organisasi besar di Indonesia. Aku ikut beberapa jaringan. Aku bekerja di sana-sini. Aku juga mengikuti berbagai kegiatan, dan bertemu dengan baaaaanyak orang!

Di setiap tempat itu, aku membawa semangat Peace Generation. Aku menolak masuk dalam lingkaran kekerasan dan intimidasi di salah satu 'tempat'ku itu, dengan harapan bisa memutusnya juga. Aku berusaha menumbuhkan budaya dialog di setiap tempatku. Mengahadapi masalah, aku (sekarang) jadi makin sabar dan bisa mengendalikan emosi. Aku menuntut diriku untuk banyak mendengar meski sulit (dan itu sungguh membantukui menumbuhkan dialog). Aku menceritakan ide-ide perdamaian Peace Generation pada kawan-kawanku, dan mendapat banyak dukungan untuk mewujudkannya, di tempatku masing-masing.


***

Aku bergabung bersama Peace Gen, aku berdinamika bersama, aku berkonflik, aku menangis, aku belajar, aku mendapat semangat. Semangat yang mulai menular pada orang di sekitarku.


Dengan caranya dan tempatnya sendiri, teman-temanku di Peace Generation pun begitu.





Peace Generation hanya memiliki caranya sendiri.

Layaknya manusia, pilihan Peace Gen belum tentu memuaskan semua pihak.
=) Semua masukan akan memacu semangat Peace Gen. Yang jelas, Peace Gen tidak takut menjadi diri sendiri.


Buat semua PeaceGeners:

Serve as You are, Guys...


=)

::che::

Jumat, 15 Januari 2010

Palestina=Muslimin???

Lama-lama saya lelah baca tulisan ini:

Penghinaan (penyerangan, penzaliman, blablabla) kaum zionis terhadap kaum muslimin.


Kenapa sih tulisan orang Indonesia mengenai konflik Israel-Palestina hampir selalu mengandung kata-kata itu? Heran deh. Parahnya lagi, kenapa banyak yang mengamini begitu saja? Lalu ikut berteriak-teriak (katanya) demi membela agama. Astagaa....


Coba, ya, baca! Cari buku, cari tulisan-tulisan atau sumber yang bisa dipercaya tentang konflik itu. Cari! Baca!


Tidak semua warga Palestina adalah Muslim! Ada juga yang bukan. Misalnya Kristen. Lalu, apa iya semua orang Israel itu Yahudi? Apalagi Zionis! Bedain dong....

Baca lagi!

Bahkan Perdana Menteri dan Presiden Palestina pun menghargai yang beragama lain! Natal 2009, mereka ikut ibadah Natal di sebuat Gereja di Palestina.


Mudah sekali isu macam itu dibelokkan di Indonesia, jadi isu agama. Kenapa sih banyak yang percaya?
mungkin ini tanda kalau Bangsa kita kurang ilmu, kurang pengetahuan, kurang baca, kurang buka kuping.


Heran.
Yang di sana gak ribut soal agama kok di sini rame.


(emosi, 15 Januari 2010)
Che

::che::

Senin, 04 Januari 2010

Jagal!

Ada bayi-bayi rumput digantung. Di pohon yang mengering dengan nyala merah. Mati.

Orang-orang itu muncul dan berteriak-teriak. Layaknya kesetanan. Ada parang di tangan mereka. Tiap bayi yang tergeletak dijambak rambutnya. Mereka angkat tinggi. Mereka tebas kepalanya.

Saat itu, tiap ibu akan mengutuki hidupnya. Sebab telah melahirkan anak hanya untuk ditebas. Demi keamanan penguasa. Tiap ibu kehilangan akalnya. Menggendong mayat-mayat kecil tak berkepala. Ibu tertawa, Karena tak punya lagi air mata. Mereka kecupi kepala-kepala di tanah. Disambungnya jari-jari yang putus. Mereka tatap mata-mata kosong itu, mereka ajak bicara.




Anak di sebelahku menangis ketakutan meraih ibunya. Seram, katanya.


Beruntunglah, Nak. Di usia belia kamu telah melihat nyata.


Pembunuhan bayi-bayi di masa Herodes itu, bagi aku yang berusia 10 tahun, hanya terdengar seperti angin. Cerita lalu.


Rasakan kengerian ini, Nak. Kenanglah. Semoga menjadi penjaga nuranimu.





22.46
2 Jan 2010
Stasi 8, jalan salib natal
Humanity of Mary

::che::

Keperempuanan Maria!

Saya baru melihat patung terindah.




***
Jalan Nalib Natal.
Mulanya saya melengos saat membaca bagian akhir susunan acara. Pemberkatan patung Maria. Ah, paling patungnya gitu-gitu aja. Lokasi acara saat itu sangat gelap. Lampu hanya dinyalakan untuk keperluan pertunjukan. Patung Maria itu sendiri sengaja disetting untuk tidak terlihat hingga saatnya tiba.


Di akhir acara, saya duduk ngelesot di belakang kerumunan. Saya malas melihat patungnya. Saat menguap, tak sengaja mata saya menatap layar LCD. Saya melongo. Patung itu,
jauh dari bayangan saya...




Itu bukan patung maria yang kurus-berkerudung.
Bukan Maria yang menatap malu-malu ke bawah, atau kadang melirik ke depan, dengan rosario di tangan.
Bukan juga Maria yang menggendong bayi Yesus.
Atau Maria yang sedang bersama Yusuf.








Maria ini,


sendiri.
Ia tetap berkudung.
Tapi tidak kurus kering.
Ia...
perempuan...




Perutnya besar...
Dadanya sangat penuh,
bentuknya tak disembunyikan seperti patung lainnya.
Badannya pun lebih berisi, tidak kurus kering.


Tangannya,,,


tangannya sedang mengelus perutnya.
Ia sedang hamil, rupanya!
Matanya bukan mata malu-malu.
Mata tajam dan penuh kebanggaan.
Mata itu sedang menatap perutnya, dengan senyum di bibirnya!


Oh! apakah yang sedang ia rasakan?
Apakah ia sedang menikmati tendangan bayinya?
Atau sedang menikmati kebersamaan mereka?
jangan-jangan ia sedang mengagumi tubuhnya yang indah?


Patung ini luar biasa.


Maria ini, bukan Maria yang terpaksa mengikuti kemauan publik.


Maria ini, bukan maria yang dituntut untuk tampil lemah lembut dan malu-malu.


Atau yang harus menutup tubuhnya, berkahnya, dengan berlapis-lapis kain.
Bukan pula Maria yang harus memamerkan anaknya.
Ia juga tak sibuk berpose dengan tangan diangkat, atau tampak berdoa dengan rosario, atau berpose bersama Yusuf sebagai keluarga Nazareth yang saleh.






maria ini adalah Maria.
maria yang memiliki,


menikmati dirinya sendiri.


yang sedang tidak disibukkan oleh urusan artifisial.


Maria ini adalah maria yang otonom.




Maria ini sangat menikmati keperempuanannya...






maria,


Semoga maria-mu hadir di mana-mana.




malam ini aku mensyukuri keperempuananmu,
nama kita,
keperempuanan kita.




2 januari 2010,
10.34


::che::

"orang biasa"?!


01 Desember 2009 jam 18:46




MENDIDIK TERNYATA ADALAH TINDAKAN MENCINTAI.. MENCINTAI ADALAH MEMBEBASKAN ORANG UNTUK MENJADI DIRINYA SENDIRI!


jika memang benar begitu, mengapa perlu ada frasa "orang biasa ( tidak suskses adalah kata kasarnya)"?


sukses-tidak sukses, diukur berdasarkan apa? apakah menjadi guru itu tidak sukses? apakah menjadi tukang becak, sopir, atau PNS berpangkat rendah itu tidak sukses? apakah sukses harus berarti menjadi pengacara terkenal, pengusaha kaya, berlimpah harta?



saya rasa, arti dari menjadi diri sendiri adalah bangga dan bertanggung jawab atas diri sendiri, atas setiap pilihan, dan memberikan yang terbaik sesuai yang kita mampu.


Bagi kakak-kakak alumni yang disebut-sebut sebagai "orang biasa", aaya tetap bangga pada kalian, apapun kata orang. tetaplah menjadi diri sendiri, dan berikan yang terbaik. Saya percaya Tuhan tidak menciptakan orang biasa.


Saya pun akan melakukan yang terbaik. tidak dengan menjadi apa yang orang lain inginkan, tapi menjadi diri sendiri.



Salam hormat,

Ema
dempo 07


*nanggepi artikel di milis alumni dempo. Biar lebih jelas, buka artikelnya di sana ya...
::che::

Rest if You must, but don't Quit.


13 Desember 2009 jam 8:29


Tak ada manusia yang terlahir sempurna.
Jangan kau sesali apa yang telah terjadi.
Kita pasti pernah dapatkan cobaan yang berat.
Seakan hidup ini tak ada artinya lagi...


Syukuri apa yang ada... Hidup adalah anugrah. Tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik...

Tuhan pasti kan menunjukkan kebesaran dan kuasaNya, bagi hambanya yang sabar dan tak pernah putus asa...


Jangan menyerah..jangan menyerah...

Jangan menyerah...

::che::

Havenu Syalom..

Kubawa damai bagimu..
Kubawa damai bagimu.. Kubawa damai bagimu.. Kubawa damai, damai, damai bagimu... (havenu syalom)



hampir tiap minggu saya menyanyikannya..


Semoga saya bs lbh memaknainya, meresapkan dlm hati saya, menunjukkan dlm tindakan saya..


Melihat gajah di pelupuk mata, menyiapkan ruang untuk mendengar... Menumbuhkan empati... Menoleh..

=)
bantu saya, teman2... Gak mudah merubah kebiasaan & mengurangi ego... Jangan ragu menegur saya. Hehehe.. ^^


terima kasih sudah menemani saya selalu. ..
:)

::che::

To listen and to be listened =)


>

 28 November 2009 jam 22:43   


waow, waow!
Ini hari yg luar biasa! Pengalaman unik datang bertubi-tubi! Hahaha... Dari keluar-masuk kos 4x gara2 ada aja barang ketinggalan, salah kostum, dikotbahi org, jalan2 bareng dJ, sampe rumpi2 soal kontrol sosial. Hahahaa.....

Sekarang saya sih lg senyum2, mengingat2 obrolan dgn teman td siang. Bukan isi obrolannya yg bikin senyum. Tapi prosesnya.

Beberapa minggu ini kami gak pernah ngobrol. Hanya saling komentar di fesbuk. Aneh ya. Padahal saya sadar, di fesbuk, kesempatan salah paham itu besar. Hanya ada kata dan tanda baca sih! Tanpa nada-ekspresi-intonasi.. Trus seringkali orang yg baca gak paham konteks tulisanna (status, komentar, catatan, dll).


*Tau dari mana, Ma?
*ya tau..pengalaman pribadi..suka sok tau ngartikan tulisan orang. Hahahahahaa...
*oo.. Gak genah iki..
*wakakakakaa...
[gak penting]


ya, jadi itu tadi.. salah pahamnya terjadi pada saya. Saya jadi mikir macem2 soal tulisan2na, trus mulai berprasangka gitu deh. Untung UGD otak saya sigap. Saya dapat pertolongan pertama dan segera sadar. Bahwa saya menghakimi tanpa sebab jelas. Saya menilai buruk secara sepihak. Mateng wes..


Maka, saya putuskan ngobrol berdua dengannya. Personal saja! Wong 'problem'na personal. Hahahahahaa... -Apa sih..-



Pertamanya tujuan saya satu: pengen denger penjelasanna atas bbrp hal.

Tapi dipikir-pikir, kayaknya ngobrol itu memberi ruang lebih dari 'untuk mendengarkan' saja deh. Pas ngobrol saya kan pasti ngoceh juga. Ttg perasaan saya, maksud saya, bla bla bla. Artinya, saya jg memberinya kesempatan utk mendengarkan saya!


Ternyata benar. Kami saling mendengarkan. Ternyata lagi, rasa jengkel saya padanya ilang. Ternyata dan ternyata lagi, saya jadi paham apa maksudnya. Saya jadi lbh mengenalnya. Saya bisa mengevaluasi diri juga. Begitu pula dia! Timbal balik!

=) menyenangkan.



Saya rasa, pemimpin2 dunia yg suka bikin perang jg harus ada waktu rumpi2 deh, biar gak perang 
lagi. Anak2 geng sekolah yg hobi tawuran itu juga. Kita juga. Apalagi jika kita sudah jatuh pada asumsi & dugaan2. Tak ada salahnya memulai obrolan. Starting to hear and to be heard.


*jadi kangen PeaceGen..

::che::

Ada Pembunuhan

Betapa seringnya kita bersembunyi di belakang banyak alasan yang tampak luar biasa untuk satu hal:

melindungi diri sendiri.

naluri manusia, huh?

melindungi diri sendiri dan membunuh orang lain.



::che::

Tuhan Bikin Film


15 November 2009 jam 16:55



Wow! Kayaknya semua orang lagi ngotot pengen nonton 2012 nih! Hehee... Saya sih blom nonton. nunggu DVDnya ajah.

Katanya sih film ini soal kiamat tahun 2012 yang -katanya juga- diramalkan suku Maya itu. Hohohoo...


Trus hari ini ada teman saya yang nulis tentang kiamat juga. Tapi agak beda dengan tulisan lain yang mbahas benar-tidaknya ramalan itu, ini semacam renungan kitab suci gitu. Menariknya, ada yang komentar "Aq tak percaya 2012...itu manusia yang buat..bukan TUHAN.. wkwkwkwk"


Sebenernya saya gak tahu, yang dia maksud dengan 2012 itu film ato ramalannya. ^^ menurut saya sih dia gak percaya film yang didasarkan pada ramalan itu. Yang jelas komentarnya bikin saya senyum2 trus nulis catatan ini. Hohohohoo...

Ceritanya, saya ini orang yang percaya pada yang kuasa lain yang melebihi manusia, melebihi apapun. Bukan sembarang kuasa, tapi kuasa baik yang terus hidup selama manusia masih memiliki harapan dan kehendak baik. Saya menyebut kuasa itu Tuhan. Saya percaya pada Tuhan. =)



Menurut saya lagi, Tuhan akan menemani dan mendorong manusia melakukan kebaikan. Dengan banyak cara dong! Yang sudah jelas adalah melalui manusia itu sendiri. Simpelnya, Tuhan berkarya melalui manusia. gitu lah! [Hehehe... mbulet ya? ^^]

Nah, balik ke film. Film kan media yang efektif untuk mempengaruhi orang. Jadi, bukan tidak mungkin Si Tuhan melihat celah itu dan ingin membuat film juga. ya lewat manusia dong... serem juga klo tiba-tiba ada film tapi 'gak ada yang buat'. wakakakakakakakkk....

Kenapa saya bisa ngomong gitu? karena saya telah menonton buaaaanyaak film yang menginspirasi hidup saya, memberi semangat untuk melakukan hal-hal berguna. They are soooooo inspiring!! Contoh aja ya, Freedom Writers. Film itu memberi saya semangat untuk menulis. Menulis itu penting loh! selain untuk ekspresi diri (saya percaya orang bisa mati kalo gak mengekspresikan diri), saya juga bisa berbagi banyak hal dengan orang lain! Film itu juga menyemangati saya untuk berani mengenal orang, atau kelompok, yang tidak saya sukai. Saya tergerak untuk tidak menghakimi orang lain, apalagi sebelum mengenalnya. Believe me, it works on me!! Saya juga jadi makin yakin, mendengar dan bercerita adalah paduan yang indah! Kadang saya merasa tidak beruntung, merasa diri tidak disayang, masalah saya berat, bla-bla-bla. Namun, saat mendengar orang lain, saya sadar...saya bukan satu-satunya yang bersedih dan terluka. Efek positifnya, saya tergerak untuk saling menguatkan dengan sesama...

Itu baru satu film! Freedom Writes!



ambil contoh kedua. kali ini tentang kebiasaan merokok. saya benar-benar berniat dan berusaha untuk berhenti merokok karena -antara lain- dua film: Wall-E dan Sex and The City. Mengapa Wall-E? Karena saya ini WTS, Wanita Tak tahan Sumuk, yang tidak ingin bumi makin panas -apalagi sepanas film Wall E- karena rokok saya. Lalu mengapa sex and the city? Karena di season 6 ada cerita tentang mr.Big yang operasi jantung, dan saya melihat betapa khawatir dan tersiksanya Carrie, pasangan mr.Big, saat menunggu hasil operasi itu... Yeah, saya tahu saya melow. Saya menangis di adegan itu. Saya tak bisa membayangkan betapa sedihnya orang-orang yang mencintai saya dan saya cintai jika saya kena penyakit, apalagi MATI, gara2 rokok. Ogah!!!! Maka, jadilah saya berusaha mati-matian berhenti merokok. Hahahahahahaaa....



Begitulah... Film-film itu telah mendorong saya menuju arah yang lebih baik, setidaknya menurut saya. Maka saya percaya, di sana Tuhan bekerja. Ia menegur, mengingatkan, mengajak. Tuhan ikut membuat film-film itu. Ya lewat Manusia lah... Hehehehee...



"Trus apa hubungannya dengan komentar orang itu, Ma?"



Hubungannya ya...lucu aja klo ada yang bilang (film) itu manusia yang buat, bukan Tuhan. Karena seperti kujelaskan tadi, dalam tiap hal yang mengingatkan dan mendorong manusia pada kebaikan dan harapan, Tuhan bekerja.



sekian dan terima kasih.

hehehehehehee




NB: soal film 2012, menurut Kompas hari ini film itu emang rada gak logis. Eniwei, sepertinya kita tetap bisa melihat hal lain. Bahwa alam bereaksi pada tiap tindakan kita. Ini sok tau aja sih. Lha wong saya belom nonton... hwakakakakakakakk



::che::