twitter
    Celebrating the T in LGBT

Jumat, 26 Agustus 2011

kata.kata.kaca.mata.1


akhirnya saya pakai kacamata. minus 0,75.

dunia tampak lebih jelas dengan kacamata ini. dan saya pun bisa melihat detik-detik di atas lampu lalu lintas, juga iklan2 di sekitarnya. hahahaha


tapi masih pusing rasanya... ada yang mengganjal di sekitar mata. dunia yang saya lihat seperti tersimpan rapi dalam dua kotak ukuran 2x5 cm.
terus, bulu mata saya ini loh. nabrak-nabrak lensanya terus. hahahahaa.. lucu.


sejauh ini, kacamata saya lebih sering bertengger di atas rambut dan berfungsi sebagai bando.


*dan saya pusing karena ngetik ini tanpa kacamata*

kaca.mata.edisi.pinter


kaca.mata.edisi.dudul.markudul



::che::

Kamis, 18 Agustus 2011

ISLAM dan resiko terkenal

ayeyeee!

apa kabar, sodara?

kata orang, jadi terkenal itu susah.
soalnya jadi sorotan orang terus-terusan. semua mata dan telinga tertuju pada si terkenal. semua memperhatikan, semua siap memberi komentar.

begitulah nasib jadi terkenal.

nah,
kalo di endonesa ini nih ya, salah satu yang masuk golongan terkenal itu agama islam. ya gimana enggak terkenal, lha wong lebih dari 80% warga negaranya memeluk agama islam kok.

maka, sebagai pihak yang terkenal, islam pun menjadi sorotan. dan saya jadi termasuk orang yang nyorot-nyorot itu. sekali lagi ya, gimana enggak nyorot, lha wong hampir semua orang di sekitar saya tuh islam. tiap hari saya juga menghadapi ritual-ritual islam. panggilan doanya aja saya denger sahut-sahutan dari masjid lima kali sehari. bahkan saya tu sampe hafal salam-salamnya dan beberapa potong doanya, saking seringnya saya denger di kehidupan sehari-hari. bahkan salah satu sumber hukum di negara saya endonesa tercinta ini dalah hukum islam, sodara-sodara! sungguh, islam sangat mempengaruhi hidup saya.


saking dekatnya hubungan personal saya dan islam ini, wajar lah ya, kalo kadang-kadang saya juga ngasih hasil refleksi, pendapat, komentar atau sedikit masukan tentangnya. namanya juga in relationship. hahahaa


kadang ada yg panas kalo saya cuap2 soal islam, lisan maupun tulisan. sebenernya gak perlu gitu lah. biasa aja.

kan bakal jadi aneh, ya, kalo orang bisa menerima ketika islam menjadi bagian penting dalam hidup saya (dengan segala ritualnya, dsb, dsb); tapi jadi berang atau tidak ingin saya "menjadi bagian dari islam" melalui bergaia tulisan, refleksi, pendapat, dsb, dsb.

*seperti pasangan yang lagi in relationship lainnya, hubungan yang 'tidak saling' itu tidaklah sehat, sodara.*


yaa, jadi demikianlah, sodara-sodara, pak, bu.


namanya juga resiko jadi terkenal. :p


oya,
sebenarnya saya cuap-cuap tentang banyak hal juga kok, dan saya tulis sebagian dari cuapan2 itu di fesbuk ini. termasuk tentang katolik yang kebetulan adalah agama saya, serta hal-hal lainnya. topik2 itu bahkan lebih banyak dari cuapan2 yang isinya senggol2 islam.


tapi saya berani taruhan, paling banter anda cuman ngelirik doang. udah. enggak ada minat untuk ngelanjutin bacanya ato ngasih komen. (kecuali kalo anda adalah orang yang terpaksa baca n komen karena saya tag)
kenapa? karena topiknya enggak terkenal, gak ngefek ato gak ada hubungannya ke hidup anda! enggak penting banget buat anda untuk tahu soal itu. ya to?



dan kayaknya,,
sebagian besar dari anda baca catatan ini juga karena ada kata 'islam' yang saya tulis pake huruf kapital di judulnya.




demikianlah sodara-sodara...

terima kasih sudah mampir n baca.
semoga gak nabok saya kalo ketemu nanti.



*dan ngengat2 pun terbang mendekati api yang terang dan hangat....* 


::che::

Senin, 15 Agustus 2011

Hari-Hari di Pancake’s Company [1]: Puasa dan Piring-Piring Berisi


Hari ini adalah puasa keempat belas di bulan Ramadhan, dan hari keempat puluh empat saya di Pancake’s Company. Seperti biasa, hari-hari di sini selalu menyenangkan. Omset agak menurun, dan kami jadi sedikit berleha-leha di jam kerja, tapi tetap ceria. Haha :D

Satu lagi yang tak berubah di bulan Ramadhan ini: tumpukan piring berisi sisa makanan. Yap, sekitar sepertiga dari piring-piring yang kembali ke dapur masih berisi pancake, waffle, spaghetti, atau makanan lainnya. Kadang juga berisi tumpukan keju yang telah disisihkan, atau buah-buahan sisa dari pancake fruity ice cream.
Fiuuuhhh…

Bulan ini bulan puasa. Setahu saya, puasa itu latihan menahan diri dari berbagai nafsu. Nafu makan, nafsu minum, nafsu marah, nafsu ini-itu-ini-itu. Puasa adalah latihan berempati pada orang lain, terutama kaum miskin dan papa. Orang yang berpuasa, dalam hal ini Muslim, mau tidak mau jadi lapar dan haus karena tidak makan dan minum selama sekitar 13,5 jam. Mereka dilatih untuk tahu bagaimana rasanya tidak bisa makan, seperti yang dirasakan orang fakir.

Namun sepertinya puasa berakhir sebagai ritual tahunan biasa yang kehilangan makna. Setidaknya itulah kesimpulan yang saya ambil dari piring-piring berisi sisa makanan itu. Puasa, ternyata tak membuat yang berpuasa lebih menghargai apa yang bisa ia makan. Puasa, ternyata tak sanggup mengingatkan mereka pada pengemis, pemulung, pak becak, orang gila, juga pengamen yang berseliweran di depan Pancake’s Company atau di perempatan-perempatan yang mereka lalui. Puasa, ternyata tak membuat mereka sadar bahwa saat ini krisis makanan besar terjadi di dunia dan membuat orang-orang di Somalia, Kenya, Namibia mati kelaparan.

Dan saya pun membuang sisa spaghetti ke plastik sampah.

Srek, srek, srek…


::che::