twitter
    Celebrating the T in LGBT

Senin, 11 Juni 2012

Maaf, Timbuktu.

Kamu pernah dengar kata 'timbuktu'? Di mana kamu dengar kata itu? Kapan? Oh, waktu sedang bercanda dengan teman-teman, ya? Ya, ya, ya, Timbuktu itu suatu tempat di Afrika yang mungkin sangat terpencil dan terbelakang. Timbuktu, seperti juga Somalia dan Etiopia, adalah kata yang tepat untuk menunjukkan ketidakberadaban. Itu kesimpulan saya, sih, berdasarkan pengalaman bercanda dan ejek-ejekan dengan teman sehari-hari.

Sebelum April, saya tak tahu di mana itu Timbuktu. Tak peduli apakah ia benar ada, apakah ia negara atau provinsi atau kota atau kampung kecil. Bukan urusan saya. Saya cuma tahu bahwa itu tempat yang jauh dari peradaban manusia.

***

April, dosen PLKH Humaniter memberi kami tugas. Intinya, kami harus mengikuti perkembangan kondisi dan menganalisa sebuah konflik yang benar-benar sedang terjadi di sebuah negara bernama Mali.


Google. Check location. Map. Mali. Burkina Faso - Gao - Tomboctou - ....

Hmm...

Google. Translate. Tomboctou. Timbuktu.

Pop! Di situ. Saya temukan. Timbuktu ternyata adalah bagian dari Negara Mali, sebuah province.

Google. Mali Conflict.

Mali, negara kecil tanpa laut, merdeka dari Perancis tahun 1960. Luas wilayah 1,250 juta km2; alias 1.666 kali luas DKI Jakarta atau 390 kali luas Daerah Istimewa Yogyakarta; tapi HANYA DILEWATI SATU SUNGAI BESAR: sungai Niger.

Kekeringan melanda hidup sehari-hari. Air bersih hanya bisa diakses separuh warga. Perempuan harus disunat, menikah usia 15-16 tahun, dan rata2 melahirkan 6-7 anak per orang. Presentase anak busung lapar menembus 27%. Setengah dari populasi buta huruf. Dan ini adalah data dalam kehidupan normal.


Sejak merdeka, Mali dipenuhi perang saudara, pemberontakan, dan kudeta militer. Baru berhenti tahun 2002, namun dimulai lagi akhir 2011. Kali ini, perang tak hanya melibatkan pemerintah vs suku Tuareg yang memberontak sejak 1962, melainkan pemerintah vs militer pembelot vs ekstrimis Muslim vs suku tuareg. Empat kelompok berebut kekuasaan, saling membunuh dan menyerang.


177.000 orang mengungsi. 150.000 orang terdislokasi dalam negara (tidak mengungsi ke negara lain). Anak-anak tak sekolah, pengungsi tak bekerja. 


Kekerasan seksual dan pemerkosaan terjadi di mana2: di kota-kota yang direbut, di pengungsian, di rumah2. Keempat pihak yang berseteru menjadi melakukan kebiadaban itu. Ektremis Muslim membunuh mereka yang tak tunduk pada syariah. Tuareg membunuh suku lain yang dianggap musuh. Pemerintah menangkap semua yang dicurigai. Kelompok kudeta militer membunuh semua yang dianggap musuh.


Sementara, kekeringan hebat sedang melanda Afrika Barat, termasuk Mali dan negara2 tujuan pengungsi: Niger, Togo, Mauritania, Guinea, Burkina Faso; dan diperkirakan akan semakin meningkat.


***



Saya tak akan menggunakan nama Timbuktu, Etiopia, Somalia, atau apapun itu, sebagai bahan olok-olokan lagi. Maafkan saya.

-ema

3 komentar:

  1. ehm..#menahannafas ironi dan sisi lain kebengesisan, kekerasan, konflik, perang, hegemoni penjajahan

    bje

    BalasHapus
  2. hmph. saya ga pernah tau dimana timbuktu, sekarang saya tahu. dan.. yah..

    BalasHapus
  3. Timbuktu kan negrinya donal bebek,,,,,, apakah tuan walter sebagai pengarang donal bebek tau akan hal ini ya? Atau jangan jangan beliau terinspirasi dari salah satu provinsi di negara Mali tsb? Dalam cerita donal bebek kan dikisahkan timbuktu itu adalah negri antah berantah.. Hmmm... Antahlaaaahhhh,..

    BalasHapus

What's on your mind? Let me know! :))