Dua malam yang lalu, saya menulis status ini di facebook:
Tiba2 inget temen yg super lucu. Waktu tau saya (dulu) Katolik n aktif di komunitas pemuda, ndeketinnya mati2an, ngajak aktif di kelompok keagamaan. Waktu tau saya lesbian, tiba2 mundur seribu langkah, gak kontak lagi. Pas tau saya agnostik, malah berlagak gak kenal. Eeaaa... Masih ketawa kalo inget dia :D
Beberapa jam kemudian, saya menerima personal message dari seorang teman seangkatan di SMA dulu. Dia ingin membagikan animasi bagus ini dengan saya, katanya. Inti dr animasi itu kira2 adalah seorang pemuda yang meninggalkan Yesus lalu sekarat lalu Yesus dengan tangan terbuka menerimanya kembali. Ini link animasinya: http://www.donghaeng.net/english/flash/flash36.htm
Barusan saya ngobrol sama Mumu soal kebiasaan saya yang dikit-dikit meluk, bentar-bentar minta dipeluk. Saya sendiri heran, kok saya kayak kecanduan berpelukan gitu. Padahal, di masa lalu saya gak suka banget sama hal-hal berbau pelukan, gandengan, dan sentuhan2 lainnya.
kalau dingat-ingat,
Mumu lah yang mengenalkan hangatnya rasa sebuah pelukan pada saya.
Heii! Lama nian aku tak bertemu dengannya! Akhirnya, hari ini kami berjumpa lagi. Tetap baik, kabarnya. Makin asik saja.
Iya, iya, aku baru bertemu dia. Dia yang bernama kencan itu. Aaa... Ada tiga minggu lebih lah kami tak bercengkerama. Terlalu sibuk saya dan kekasih ini.
Sesering-seringnya bersama, tak berarti kencan selalu ada. Aku di sini, kekasih di situ, dengan laptop atau buku masing2. Ada obrolan2 tentang Waki, Daku, atau Kouda. Ada komentar tentang berita di tivi, atau artikel2 yang sempat terbaca. Ada bahasan tentang rencana dan mimpi. Ada perjalanan pagi menuju pasar. Tapi rasanya kencan tidak ada di sana.
Kemarin kurencanakan bertemu kencan. Kusiapkan semua baik-baik (ah, sesungguhnya aku hanya mengosongkan jadwal kerja dan kegiatan saja). dan...taraaaaaa..... kami pun bertemu kencan. Berkencan. jalan2 berdua ke malioboro. Keluar masuk toko sambil tertawa-tawa. Menyinyiri harga baju yang tak masuk akal. Menangisi syal keren yang seharga SPP satu semester. Lari-lari di trotoar. Senda gurau di lampu merah. Makan bakso. Berebut pangsit. Lalu pingsan di ranjang! :D
Ah, senangnya. Ibarat baterai henpon, pebuh lagi isinya!
"Ya sudah kalau kamu tidak mau jawab. Tapi sepertinya perasaan ibu benar."
"Nduk, setelah kamu kuliah, kamu boleh kok tinggal di jogja. Kamu mau kerja di sana, mau sekolah lagi, mau apa saja, terserah! Nggak kembali ke Malang juga terserah."
"Ibu dan bapak ini cuma pengen kamu selesaikan kuliah segera. Malu ditanya-tanya orang tentang kuliahmu terus!"
"Pokoknya, selesaikan kuliahmu dalam satu tahun! Titik. Tahun depan, undang ibu dan bapak untuk menghadiri wisudamu. Setelah itu, terserah kamu mau apa."
Ibu berdiri, pergi. Di pintu kamar ia berhenti.
"Kamu itu kalau nulis di facebook hati2. Kamu nggak mau ke gereja lagi juga terserah kamu, tapi kamu harus ingat kalau apa yang kamu tulis di facebook itu bisa dibaca banyak orang."
***
Piala. Juara. Penghargaan. Piagam.
Folder dengan foto-foto itu. Masih lengkap. Orang tua berdiri di sisi. Tersenyum bangga.
Saya persembahkan semua untuk mereka. Kebanggaan, harga diri, prestasi, semua. Saya gadaikan waktu saya untuk mereka, hobi saya, pilihan saya. Belasan tahun lamanya.
***
Ibu, Bapak, apakah aku semenjijikkan itu? Atau aku terlalu tinggi menaikkan harga diri kalian dulu?
***
Diberi kemerdekaan?
Intonasi itu, ekspresi wajah itu, seertinya lebih cocok disebut membuang.
Hari ini Peace Generation ulang tahun kesepuluh. Satu dekade! Waow, menginjak remaja! :))
Menjadi bagian dari PeaceGen adalah sebuah kebanggaan. Sungguh merupakan proses yang luar biasa dan tak ternilai harganya.
Malam tadi, saya mempertemukan PeaceGen dengan teman2 dari @savediversity dan komunitas LGBT. kami akan bekerja sama untuk pemutaran film Sanubari Jakarta 17 Juni ini.
Sepanjang diskusi, saya tak henti-hentinya tersenyum. Empat tahun bersama PeaceGen, saya berhasil mendatangkan teman2 komunitas LGBT sebagai teman belajar di berbagai forum diskusi, termasuk saat Peace Camp. Tapi, seingat saya, baru kali ini kami benar2 bekerja bersama. Bukan untuk acara yang besar, memang, juga bukan long-term program. Baru sebuah pemutaran film saja. Tapi, saya percaya ini akan membawa kami pada kegiatan-kegiatan lainnya. Semoga.
Saya bangga melihat antusiasme teman2 untuk acara ini. Meski tak mampu menyembunyikan rasa takut atas kemungkinan serangan, ancaman, atau pembubaran yang bisa kami terima, PeaceGeners tetap semangat dan ceria, seperti selalu. Obrolan yang dimulai dengan malu-malu akhirnya mengalir dengan hangat dan lancar. Bahkan melebar ke topik2 lain, seperti HIV/AIDS dan kekerasan2 atas nama agama.
Entahlah. Saya sebetulnya tak fokus pada topik obrolannya. Saya terlalu berbunga-bunga melihat senyum kawan2. Hahaha...
awwwww....lagi-lagi pertanyaan iniiii!!!! >.<
oke, pertanyaan ini sudah berkali kali mampir ke hidup saya. tapi masih sukses bikin saya gelagapan, seperti biasa! aduh. aduh. aduh!
pokoknya, bagi saya, pertanyaan yang di atas itu jebakan. iyaaaa, jebakan!! menjebak saya untuk masuk dalam salah satu kotak, yang berlabel lesbi atau yang berlabel transgender. ya, ya, ya, saya tahu teman saya gak bermaksud begitu, tapi begitulah perasaan saya.
fiuhhh.
eh, tapi, gara-gara ditanya begitu, saya jadi punya pertanyaan untuk diri sendiri deh. kenapa, ya, saya masih kaget dan bingung plus gelagapan kalo dapet pertanyaan itu? padahal, saya udah belajar tentang gender dan seksualitas. (biarpun gak sedalem n seteoritis temen2 saya belajar lho. haha) kenapa? kenapa? kenapaaa???
baiklah. beri saya waktu untuk mencari jawabnya. +__+
I believe in God, not the priests. Especially the homophopic, patriarchal, unrealistic, and discriminative one.
Ya, saya akui bahwa saya jengah.
Hari ini saya membaca beberapa buletin dan majalah gereja katolik dan sejenisnya. Seperti biasa, semuanya berisi tentang cinta kasih. Ajaran untuk mengampuni. Renungan-renungan dan wejangan tertulis yang menyatakan kita harus mencintai sesama apa adanya bla bla bla.
Bosan, saya beralih ke fesbuk. Oh shit... Status seorang pastor muncul di beranda saya. Seperti biasa, ia menggulirkan kata-kata "bijak" andalannya. Seperti biasa juga, saya meradang membacanya.
Dua tahun yang lalu, pastor itu mendesak seseorang untuk mundur dari pekerjaannya. Lesbian tidak pantas bekerja di institusi katolik. Begitu menurutnya, dan menurut para atasannya yang semuanya adalah pastor juga.
Dua tahun lalu ia berkata pada orang itu bahwa sebenarnya ia tidak sepakat dengan keputusan atasan, tapi tidak bisa berbuat apa-apa.
Fakta itu membuat saya geram. Muak. Dia terkenal karena kotbah-kotbah indahnya. Banyak orang mengaguminya. Dulu saya pun termasuk dalam pengagum itu, dan saya menyesalinya.
Fesbuknya mengingatkan saya pada pastor lain. Dua tahun yang lalu, orang tua saya membawa saya ke hadapannya. Seorang pastor yang sangat terkenal sebagai ahli kitab suci. Saya masih ingat bagaimana cara ia memandang dan menghakimi saya layaknya sampah dan penyakit yang harus disembuhkan. Saya masih ingat bagaimana ia membentak saya dan sama sekali tidak memberi saya kesempatan untuk bicara.
Sungguh lucu. Saya rasa orang jelata bahkan tidak butuh sekolah dan gelar 'ahli kitab suci' untuk bisa memahami inti kitab suci: cinta kasih. Pada siapapun. Without borders.
Sementara itu, tahun lalu salah satu sahabat pacar saya meninggal. Penyebabnya pembekuan darah di otak belakang, yang merupakan efek dari siksaan suaminya selama bertahun-tahun. Sebagai seorang katolik, ia berkali-kali mengonsultasikan masalah keluarganya pada pastor. Apa yang ia dapat? Wejangan untuk bersabar dan peringatan bahwa gereja katolik melarang perceraian, tanpa bisa mengatasi masalah mereka dan menghentikan kekerasan si suami padanya.
Hasilnya? Matilah ia.
Apakah semua pastor kenalan saya itu buruk? Tidak. Beberapa pastor sangat menggugah hati saya. Karena kesediaan mereka turun ke tanah dan menyatu dengan manusia-manusia lainnya. Karena keterbukaan pikiran mereka dalam menyikapi hidup. Karena kesediaan mereka mendengar, melihat, dan merasakan pengalaman-pengalaman orang lain. Karena kerendahatian mereka. Karena kecerdasan mereka dan keberanian mereka mempertanyakan dogma.
Sayang saya hanya mengenal sedikit pastor macam itu. Sisanya? Masih mendengungkan kotbah-kotbah beracun di telinga saya. Masih terbuai oleh makanan-makanan enak dan berbagai fasilitas gratisan tiap hari di singgasananya.
aku ingin membawanya pada ibu. ingin menceritakan kehidupan kami sehari-hari. aku ingin bercerita pada ibu tentang pertengkaran kami. semua yang kami hadapi. aku ingin mendengar nasehat ibu untuk kami... untuk membina relasi kami. bagaimana membangun keluarga. aku ingin mendengar restu dan doa ibu untuk kami. aku ingin melihat ibu dan dia bercakap bersama, tertawa... aku ingin melihat ibu mengelus rambutnya, mendoakannya....
aku ingin ibu tahu, aku mencintai mereka berdua...
= sebuah 'permainan' yang mengelompokkan orang berdasarkan faktor2 pembeda, seperti hobi, usia, suku, keyakinan, tingkat ekonomi, orientasi seksual...
suatu malam, ada teman protes padaku:
kenapa sih harus ada permainan seperti itu? kenapa kita harus membeda-bedakan diri? apalagi membedakan diri berdasarkan status ekonomi dan sosial!
lho, biar kita tau, kan?
buat apa?! kita kan sama saja! sama2 manusia! malah gak manusiawi kalo dibeda-bedakan gitu. malah ada kesan seperti mau mempermalukan gitu...
aku termenung.
***
tidak! tidak bisa! jangan tutupi perbedaan di antara kita! kita tidak boleh menutup mata pada perbedaan kita!
tidakkah mereka tahu, bahwa perbedaan bisa membawa dampak yang luar biasa?? perbedaan Kesempatan! perbedaan perlakuan orang!
tidakkah mereka ingin mencari tahu, bagaimana kawan2 --yang bahkan untuk membeli sepeda kayuh pun keluarganya tak mampu-- bisa merantau dan melanjutkan kuliah sampai di jogja? tidakkah mereka ingin tahu dan mengapresiasi bagaimana kawan2 itu bisa bertahan hidup?
apa mereka tidak ingin tau bagaimana rasanya jadi anak pejabat, bagaimana rasanya menyandang nama keluarga. bagaimana rasanya memiliki orang tua yang sibuk...
lebih jauh, apa mereka tidak melihat stigma-stigma dan penghakiman yang dijatuhkan oleh orang kebanyakan pada kelompok tertentu hanya karena kelompok itu berbeda dari kebanyakan orang? apa mereka tidak terhenyak ketika penganut ahmadiyah diserang? kelompok sapto dharmo diserang?
kenapa mereka tidak coba menengok sesaat pada kawan mereka yang berkata "waria tidak boleh ada di muka bumi! harus dihapuskan!"?
kenapa mereka tidak menengok pada kawan yang MEREKA ejek-ejek kerena ia adalah laki2 yang feminin?
ahhh.... aku masih mengelus dada.
bukan...bukan... damai bukanlah ketika kita semua menjadi sama.
damai adalah jika kita bisa hidup tenteram dalam keberagaman kita. tenteram yang sesungguhnya. yang lahir karena dialog. yang muncul karena relasi terus menerus, yang tumbuh seiring dengan usaha kita mengerti, memahami, dan menerima orang-orang yang berbeda dengan kita...
kurasa,
semua itu bisa kita mulai jika kita mau legawa (berbesar hati) untuk melihat perbedaan di antara kita dulu...
berbeda.. bukankah ia sangat manusiawi?
hah...
'buka mata, hati, telinga... sesungguhnya, masih ada yang lebih penting dari sekedar kata cinta...'
malique n d'essestials
*protes itu muncul bulan lalu, dan sampai sekarang masih menghantuiku.
Usai mandi, saya ngebut menuju agen bis. Masih dengan hati gundah. Mbak Etik dan Ryan sudah menunggu. Rasanya saya menangkap 'ketakutan' yang sama dari mata Ryan. Bisa jadi saya salah.
Dua jam perjalanan. Kami banyak bicara. Sekali waktu kami melirik Pleidooi. Berkas pembelaan.
*
Pengadilan Negeri Karanganyar ini lebih ramai dari sebelumnya. Ada beberapa teman LBT dari Solo. Ada wartawan. Lengkap dengan kamera-kamera mereka. Rupanya ada yang mengundang media secara sembarangan.
Dimas ada di balik jeruji itu. Tempat transit tahanan sebelum bersidang. Kegundahannya tampak jelas.
"Mas! Kalo mau motret potret aja!! Sini! Gak usah sembunyi-sembunyi!"
Ia marah pada wartawan.
"Kemarin aku muntah darah lagi, Mbak."
*
"Kamu punya flexi nggak?"
"Gak ada, Mas."
"Temen-temenmu ada yang punya gak?"
...
"Gak, Mas. Kamu mau telpon?"
Ryan meminjamkan ponselnya. Dimas makin gusar. Tampaknya yang telponnya tidak diterima. Ia menangis.
*
Saya menunggu. Tak ada keluarga yang datang. Tidak ada teman yang datang. Hanya kami. Orang yang sangat ia harapkan untuk datang pun tidak ada.
*
Tiba saatnya. Kami mengelilinginya. Memastikan wajahnya tak terekspos kamera.
Sidang hampir diskors karena Dimas menangis. Tapi ia tak mau ditunda lagi.
*
putusan dibacakan. Penipuan dan pencabulan anak. Pidana penjara empat tahun enam bulan dan denda 60 juta, yang jika tak dibayar bisa digantikan dengan enam bulan kurungan.
Dimas pingsan. Media mengerubuti.
*
Ruang tahanan. Masih pingsan. Saat sadar, ia minta ke kamar mandi. Saya menemani.
Pintu dibuka. Dimas keluar dengan mulut penuh darah.
Kembali ke ruang tahanan, dan ia muntah lagi. Darah. Banyak darah. Cair, bercampur lendir. Ia pindah, duduk di bangku, dan muntah lagi. Darah yang kental dan menggumpal-gumpal.
*
Dimas yang pucat meronta. Tak mau dibawa ke rumah sakit.
"Saya mau pulang saja! Jangan bawa saya ke rumah sakit!"
Rupanya LP telah menjadi rumah baginya.
*
Saya dan Ryan menemani di mobil tahanan. Lima menit kami diam. Dimas seperti tidur. Tiba-tiba tangannya menyentuh saya, mencari-cari. Saya pikir ia minta minum, ternyata bukan. Sambil 'tidur', ia menggenggam tangan saya. Jari-jari kami bertautan. Erat sekali. Sampai sakit rasanya. Tiba-tiba saya merasakan kesepiannya... saya merasakan ketakutannya pada sendiri.
Dua menit. Ia lepas tangan saya. Lalu duduk tegak, dan mengucap doa...
Bismillah ir-Rahman ir-Rahim....
***
"Dimas itu kasihan. Dia itu nggak punya siapa-siapa. Dimas itu menyalahkan dirinya sendiri terus-terusan. Bahkan di pengadilan pun dia mengaku bahwa dia ingin bunuh diri. Dimas itu butuh teman, butuh pendampingan. Untuk menguatkan dia itu lho! Untuk memberi tahu dia bahwa apa yang dia rasakan itu tidak salah, bahwa kita memang punya hak atas seksualitas kita!"
"Aku itu sampai heran lo, kenapa kok justru teman2 LBT ini sepertinya kurang simpati pada Dimas. Padahal harusnya justru kalianlah yang lebih tahu perasaan Dimas, dibandingkan kami yang hetero ini."
***
Hingga saat ini, saya merasa tidak tenang.
Saya bangun dengan mimpi buruk. Saya ditangkap, dihajar, dijebloskan ke penjara. Saya dihajar oleh kepolisian dan kejaksaan. Pasangan saya dipaksa melihat saya dihajar hingga muntah darah, hingga ia mau memberi kesaksian palsu sesuai keinginan mereka. Media memberitakan saya dengan keterangan yang tidak benar dan menyudutkan. Semua orang menghujat saya...
Malam saya dihantui pengalaman Dimas. Saya seolah mengalami apa yang dia alami.
***
Teman-teman, Dimas tidak seperti kita yang punya banyak akses dan berpendidikan tinggi, bisa kuliah. Dimas tidak tahu wacana seksualitas. Dia tidak tahu menahu tentang gerakan LGBT. Bahkan, bukan tidak mungkin dia tidak tahu bahwa dalam ilmu psikologi, homoseksual itu bukan penyakit. Bahwa yang merupakan penyakit itu justru rasa malu, minder, ketakutan berlebihan atas orientasi seksualnya itu. Dimas hanya tahu bahwa dirinya sendiri menyukai perempuan, dan apa yang ia rasakan adalah 'dosa' di mata masyarakat. Sesuatu yang laknat. Dimas tidak tahu, bahwa hukum kita bisa jadi sangat kejam pada kaum homoseksual. Ia buta hukum.
***
Semoga, kita yang tahu dan paham wacana ini tidak berhenti pada wacana. Semoga kita mampu mengaplikasikan apa yang kita punya. Semoga kita tidak lupa pada teman-teman LGBT lain yang membutuhkan penguatan kita. Semoga di tengah kesibukan kita, komunitas kita, atau lembaga kita, kita masih sempat menengok mereka. Semoga dari uang yang kita dapat, ada yang bisa disisihkan untuk mendukung mereka, entah apapun bentuknya.
Semoga, dengan semua akses yang kita punya, kita bisa terus menyebarkan informasi pada teman-teman kita. Semoga, suatu saat nanti, tidak ada lagi yang kesepian dan merasa ditinggalkan seperti Dimas. Semoga kita mampu menjadi keluarga, terutama bagi mereka yang ditinggalkan oleh sanak saudaranya.
Semoga segala pengalaman yang kita punya bisa mengasah empati kita.
Semoga, perjuangan HAM kita tidak melayang di atas angin.
beberapa hari ini aku merasa jenuh. pada hubunganku dan pasangan.
jenuh dengan pola komunikasi yang terus begitu... sms, bercerita, bertanya, menjawab. telponan, apa kabar, ada apa hari ini, aku kangen kamu...
jenuh pada usahaku memberi pemahaman padanya tentang pola hidupku.
jenuh pada nasehatnya untuk tidak terlalu banyak minum.
jenuh,
karena aku membandingkannya dengan perempuan lain yang tampak ideal bagiku...
yang bisa menyanyi bersamaku. yang dekat, ada di sebelahku. yang begitu mengerti pola hidupku. yang modis dan cantik. yang gaul. yang...
kemarin, pasanganku datang. membawa setumpuk barangnya ke jogja. yap, dia pindah dan akan memulai hidup baru di sini.
saat aku datang menemuinya, ia tersenyum ceria.
aku minta maaf karena tak bisa datang tepat waktu.
"tak apa... aku tahu che ngajar dan sibuk di RDP. che lakukan tugas che dulu.. kita bisa bertemu kapan saja..."
aku banyak diam, tak bicara.
"che capek ya? istirahatlah... tidur dulu... jangan sakit. kan che lagi seneng-senengnya beraktivitas..."
di kamarnya, ada sebungkus nasi goreng magelangan yang telah ia siapkan untukku. lengkap dengan sendok dan piringnya. di sebelahnya ada sebotol aqua. lalu ia menyiapkan celana pendek dan baju ganti untukku.
"biar gak gerah, che..."
lalu senyap.
ia tidur kelelahan karena perjalanan panjang dan menata kamar barunya.
tidur menghadap aku yang masih membaca koran.
kututup koranku, kukecup keningnya, lalu tidur di sisinya.
Tuhan,
bagaimana mungkin aku menjadi buta akan kasihnya..akan pengertiannya, akan semangat yang ia berikan padaku?
mengapa aku bisa kalah dan tunduk pada penampilan dan kedekatan jarak, sehingga jenuh padanya?
maaf, sayang...
biar kubangun lagi pijakanku, agar bisa menggapai tanganmu lagi. bersama, sebagai aku dan kamu yang apa adanya, meraih bintang-bintang kita...
29 Juni 2009 jam 21:51 Bahh.... aku baru mengalami kekecewaan. bukan karena orang laen sih...tapi karena isi otakku sendiri.
begini,
dua minggu lalu, 20 juni, aku membaca sudut kanan Kompas.
"Kompas Minggu besok: Sosialita: Deli Makmur"
ada fotonya. seorang chinese muda, tampak feminin, meski rambutnya pendek banget. aku tersenyum. dalam hati: "wah!!! lesbian nih!!! semoga! hihihii..."
*** hahh... sebulan ini aku emang aneh. tiap kali lihat foto orang dengan wajah agak feminin tapi penampilan maskulin, otakku langsung mikir klo dia lines alias lesbi. trus, kalo orang yang fotonya terpampang itu berprestasi, aku pasti langsung girang bukan maen. misalnya aja klo aku liat liliana natsir n mitha the rock. jahhh..... langsung "kalap" deh. cihh... lagi maniak ni, sama lines berprestasi. ***
esoknya, setelah si Kompas sampai di tangan, aku langsung membuka rubrik sosialita. Deli Makmur... ada fotonya! dua! besar2. dia tampak keren... penampilannya maskulin. senyumnya ramah. imut banget. muka cerdas dan tampak agak feminin! aku langsung baca profilnya dengan semangat, sambil snyum2 sendiri. hihihiii... uniknya, aku tidak menemukan satu kata pun yang menunjukkan jenis kelamin maupun gender si Deli Makmur. aku bertanya2. kenapa ya? kenapa penulis tidak memberi petunjuk sedikit pun?
nahh... karena sejak awal otakku sudah 'tersistem' seperti yang tadi itu, maka kemungkinan jawaban yang muncul di otakku adalah: Deli Makmur tu transgender!!! pikiranku ini didukung oleh beberapa hal: 1. Ninuk Mardiana Pambudy, si penulis artikel, setahuku merupakan wartawan yang menggunakan perspektif feminis dalam tiap tulisannya. aku yakin ia menguasai isu seksualitas. dan karena pengetahuan dan perspektifnya itu, maka ia merasa tidak perlu menuliskan jenis kelamin maupun gender si Deli. konteksnya adalah untuk menghargai pilihan si Deli. [sok tau banged yah?!?!] 2. Sosialita Kompas Hampir selalu memuat profil perempuan! seingatku, laki2 yang pernah dimuat di sana hanya Ivan Gunawan! yap, perempuan2 yang masuk rubrik sosialita adalah perempuan2 yang berdedikasi di bidangnya. perempuan2 keren!!! T.O.P. B.G.T!!!
jahhh.... aku jadi makin girang. otakku dipuaskan oleh hasil analisisku sendiri. Ya! deli Makmur adalah seorang transgender female to male yang keren, cerdas, berprestasi, dan total di bidangnya!!! ahhhh!!!!! aku langsung ngefans berat!!!! kuceritakan rasa gembiraku pada pacar dan teman2 dekatku. hihihiii....
lalu bencana itu datang. sebuah pesan baru di fesbukku.
ema, aku udah googling, deli makmur itu pemuda, pria. hehehehehe
ahhh!!!! aku gak percaya!!! aku langsung googling juga. mencari. Deli Makmur.
ternyata bener. pemuda. pria.
hix...
sedih banget...
aku gak kehilangan kekagumanku padanya. enggak. tapi emang sedih...
hahaha
hahh... gak papa lah. setidaknya, artikel itu dan kejadian aneh ini tidak menghilangkan semangatku belajar dan cari tau.
dan, aku masih nafsu pengen cari lines2 muda yang T.O.P!!!!
Everyones gone someplace
I pick you up and in the trunk Ive packed
A cooler and a 2-day suitcase
Cause theres a place we like to drive
Way out in the country
Five miles out of the city limit were singing
And your hands upon my knee
So were okay
Were fine
Baby Im here to stop your crying
Chase all the ghosts from your head
Im stronger than the monster beneath your bed
Smarter than the tricks played on your heart
Well look at them together then well take them apart
Adding up the total of a love thats true
Multiply life by the power of two
You know the things that I am afraid of
Im not afraid to tell
And if we ever leave a legacy
Its that we loved each other well
Cause Ive seen the shadows of so many people
Trying on the treasures of youth
But a road that fancy and fast
Ends in a fatal crash
And Im glad we got off
To tell you the truth
Cause were okay
Were fine
Baby Im here to stop your crying
Chase all the ghosts from your head
Im stronger than the monster beneath your bed
Smarter than the tricks played on your heart
Well look at them together then well take them apart
Adding up the total of a love thats true
Multiply life by the power of two
All the shiny little trinkets of temptation
(make new friends)
Something new instead of something old
(but keep the old)
All you gotta do is scratch beneath the surface
(but remember what is gold)
And its fools gold
(what is gold)
Fools gold
(what is gold)
Fools gold
Now were talking about a difficult thing
And your eyes are getting wet
I took us for better and I took us for worse
Dont you ever forget it
Now the steel bars between me and a promise
Suddenly bend with ease
The closer Im bound in love to you
The closer I am to free
So were okay
Were fine
Baby Im here to stop your crying
Chase all the ghosts from your head
Im stronger than the monster beneath your bed
Smarter than the tricks played on your heart
Well look at them together then well take them apart
Adding up the total of a love thats true
Multiply life by the power of two
*entah kenapa, tiba2 aku ingat saat ciuman pertamaku dengannya.
dan seperti biasa saat aku mengingat dia, dadaku terasa penuh dan mengembang...
hmm... rasanya pengen melakukan banyak hal! semangat jadi berlipat2!
hahahaa..
ingat momen indah itu, malah melipatgandakan energi hidup dalam diriku lho!!
oya! aku sedang drop. tepar. radang tenggorokan parah.
tapi aku bertahan. dan cepat membaik. jauh lebih cepat dari terkaan dokter.
hahahaa...
aku hanya bisa tersenyum dan bersyukur. oh pak dokter, aku punya energi dan semangat yang
jauh melebihi perkiraanmu.
karena aku bersama dia...
tapi, semua hal baik ini masih menyisakan pertanyaan besar buatku.
kenapa ya banyak orang yang gampang berganti pasangan? gampang ML dengan orang yang
berbeda2... parahnya lagi klo dah berpasangan.. gampang selingkuh...berkhianat...
apa mereka tidak merasakan keindahan yang kurasa?
apa mereka tidak memiliki kenangan tentang 'yang pertama'?
*ato aku yang naif?
=)
chupiku sayang... aku kangen!!! >.< hakhakhak... yang semangat yah ngajarnya.. jangan lupa mimik yang panas2, biar mens-nya lancar.. makasih ya chay, buat semangatnyah! ceneng banged deh!!! muahmuahmuah!!! chayank chupi! satu2nya! di hati dan raga! =)
Kemarin lusa, orang tuaku merayakan ulang tahun pernikahan mereka yang kedua puluh. Bapakku membuat CD berisi kumpulan lagu indah. Sepertinya, bapak memilih lagu2 yang menggambarkan perjalanan pernikahan mereka... *Aku memang tidak tahu alasan pasti pemilihan lagunya. Maklum, sedang tidak berkomunikasi dengan beliau. Hehe…* CD itu lalu ia bagikan kepada saudara dan beberapa teman dekat. Aku tertarik dengan lagu2 pilihan bapakku itu. Ada lagu 'Kemesraan’ (aku lupa itu lagunya siapa). Tahu liriknya kan?! Kemesraan ini… janganlah cepat berlalu… Kemesraan ini… ingin kukenang selalu… Hatiku damai, jiwaku tentram di sampingmu… Ada juga lagunya Doel Sumbang, ‘Arti Kehidupan’. Hmm… aku suka sekali lagu ini… Jangan berkata tidak bila kau jatuh cinta. Terus terang sajalah, buat apa berdusta… Cinta itu anugrah, maka berbahagialah… sebab kita sengasara bila tak punya cinta. Rintangan pasti dating menghadang, cobaan pasti dating menghujam. Namun yakinlah bahwa cinta itu kan membuatmu mengerti akan arti kehidupan. Marilah sayang, mari sirami, Cinta yang tumbuh di dalam diri… Marilah sayang, mari sirami, Agar merekah di dalam hati. ‘Rumah Kita’ dan ‘Endless Love’ juga dipilih bapakku untuk masuk dalam CD-nya. Mendengarkan CD ini, hatiku seperti teriris-iris… hehehe… Yahh.. sejak menikah, bapak dan ibuku memang kurang akur (bahasa halus dari tidak akur). Tiap hari, kalo nggak diam-diaman, mereka akan perang mulut. Sejak aku lahir hingga aku SMP, bapakku bahkan suka main tangan pada aku dan ibu… beberapa bulan belakangan, saat aku sudah meninggalkan rumah utnuk kuliah di jogja, sikap itu muncul lagi… bapak beberapa kali mengamuk, mengancam, memukul, dan melempari ibuku dengan barang2 di rumah (termasuk jemuran handuk!!). Mengerikan. Parahnya lagi, bapak melakukan itu di hadapan adikku yang masih kelas 2 SD. Lagu yang dimasukkan bapak dalam CD kenangan ini membuatku heran. Yahh… lagu2 itu terdengar tidak cocok dengan kondisi pernikahannya (menurutku). Hahahahaa…. Aku selalu bertanya-tanya… Benarkah seseorang mencintai pasangannya saat ia selalu membuat pasangannya terluka? Apakah Cinta itu memang ada saat ia selalu melampiaskan kemarahannya pada pasangannya, dan bahkan anak-anaknya? Kadang aku memang tak percaya, apakah bapakku memiliki cinta pada ibu dan pada kami, anak-anaknya… Bagaimana aku harus percaya?? Ia selalu bersikap dingin dan keras pada kami.. padahal bersama kawan2nya, bapak bisa tertawa-tawa senang…bisa menjadi sosok yang sabar…selalu mengalah… Orang berpendapat, bapak adalah orang yang bersahabat. Namun mengapa ia tak begitu pada kami, istri dan anak2nya sendiri? Bukankah itu sangat menyakitkan?? Ibuku selalu menentang pikiranku ini… Ibu bilang, jika bapak tak mencintai kami, tak mungkin ia menghidupi kami, menyekolahkan kami… Bapak begitu karena masa kecilnya yang keras.. Masa lalu itu mambuatnya jadi keras. Aku tetap tak percaya. Sebab ia hanya melakukannya pada kami… Saat mendengar lagu dalam CD ini, lalu melihat judul di cover-nya (kenangan 20 tahun pernikahan Lilik & Ukik), dalam hatiku yang terasa perih ini aku langsung berkata “BullShiT!”. Hahahaa… Setidaknya, aku harus bersyukur atas beberapa hal. Pertama, aku masih hidup. Banyak anak sangat kecil yang mati dihajar bapaknya. Tapi aku masih hidup. Kedua, aku tumbuh sehat. Badanku kuat, otakku baik-baik saja. Aku pintar. Tidak pernah mengalami gegar otak meski kepala ini selalu jadi sasaran pukulan. Ketiga, ibuku juga masih hidup. Meski agak sakit2an (beberapa penyakitnya disebabkan oleh pukulan bapak), dia masih hidup, tegar, dan selalu memberi semangat pada kami anak-anaknya. Terberkatilah engkau ibu, meski entah mengapa, kau masih tahan hidup dengan bapak dan membelanya. Keempat. Adik-adikku juga masih hidup. Segar bugar. Meski mereka juga mengalami dan melihat kekerasan yang dilakukan bapak, setidaknya mereka punya kakak baik yang bisa diajak curhat dan siap melindungi mereka, membawa mereka pergi dari rumah saat situasi memanas, dsb. Hahahahaaa... Kelima, bapakku masih hidup. Setidaknya, aku dan adik-adikku masih disekolahkan dan diberi makan. Setelah ini, aku terbang meninggalkan rumah dan hidup mandiri. Adik2 jadi dapet ‘jatah’ku. Hehe… senang sekali mereka. Tapi aku tak kuatir. Aku juga senang. Sesuatu yang pedih tak perlu dijadikan alasan untuk gagal, bukan?? Jika bapak dan ibuku tidak berhasil membuat kisah hidup mereka seindah lagu dalam CD kenangan itu, Aku akan berhasil! Akan kubangun hidupku selanjutnya bersama orang-orang tercinta… adik-adikku, dan pasanganku... perempuan yang kucintai. :) *wahahahahahaaa ini tulisan saya tahun lalu. saya posting lagi. ^^ btw, sekarang hubungan ortu saya membaik lagi. kapan2 akan saya tulis prosesnya, karena sangat menarik. my though mommy