Hahaha...
Barusan saya ngobrol sama Mumu soal kebiasaan saya yang dikit-dikit meluk, bentar-bentar minta dipeluk. Saya sendiri heran, kok saya kayak kecanduan berpelukan gitu. Padahal, di masa lalu saya gak suka banget sama hal-hal berbau pelukan, gandengan, dan sentuhan2 lainnya.
kalau dingat-ingat,
Mumu lah yang mengenalkan hangatnya rasa sebuah pelukan pada saya.
Dulu, waktu belum pacaran, kami emang udah dekat dan selalu sharing tentang banyak hal, termasuk soal rasa frustasi kami terhadap sekolah dan sistemnya. Kami pun membuat rencana2 dan bermimpi bersama. Satu kali, ada harapan kami yang terwujud (kalo gak salah sih sama2 berangkat ke konferensi internasional Women for Peace gitu). Nah, pas kami ketemuan, tiba2 dia meluk saya kegirangan terus nangis gitu. Hahahaa.. Saya, yang seumur2 hampir gak pernah pelukan, cuma bisa terdiam dipeluk erat gitu. Tapi saya gak risih, saya seneng, saya bisa ngerasain bahagianya dia. Dalam pelukan Mumu itu, saya merasa ada orang yang membagi mimpinya dengan saya, siap berjuang bersama saya juga, dan siap mendukung saya sepenuhnya. Saya pun memiliki kesiapan yang sama untuknya! Dan perasaan itu tersampaikan dengan gamblang lewat pelukan ituu... awwww *melting*
Itulah kali pertama dalam hidup saya merasakan pelukan yang benar2 berarti, gak cuma basa-basi.
Beberapa bulan kemudian, pelukan dengan Mumu itu terjadi lagi. Kalo gak salah waktu itu lagi KKR (Karya Kebangkitan Rohani, acara doa2 orang Katolik gitu). Seusai KKR, Mumu ngajak saya doa bareng. Dia meluk saya sambil mendoakan saya. Dhuaaarrrr... tiba2 saya naaaangis sekenceng-kencengnya. Lama banget pula! Hahahaaaa.... Sekitar setengah jam coy! Entahlah. Saya cuma pengen nangis, dan gak bisa berhenti, dalam pelukan Mumu. Nangis aja, tanpa bicara apa2.
Sejak saat itu, saya mulai memahami apa arti sebuah pelukan. Pelukan (dan sentuhan) ternyata bisa menjadi media yang sangat kuat untuk menyampaikan perasaan, entah senang, kagum, rindu, juga dukungan dan harapan. Sungguh menyenangkan bisa mendapat pelukan yang tulus dari orang-orang di sekitar kita.
Sejak saat itu juga saya mulai memberikan diri untuk menyampaikan perasaan pada teman2 saya lewat pelukan, terutama saat mereka sangat membutuhkan dukungan.
Daaannn, sejak saat itu juga lah saya jadi ketagihan pelukannya Mumu! Apalagi setelah pacaran & living together. Kalau bangun tidur dan sebelum tidur gak berpelukan dulu, rasanya jadi bete, pengen marah, frustasi. Wakakakakakaaa...
Kalo kata Mumu sih, mungkin itu karena saya gak pernah dapat pelukan di keluarga. Keluarga saya memang cukup dingin. Kami tidak punya budaya sentuh dan apresiasi, apalagi dari orang tua ke anak. Ini memunculkan rasa kesendirian dan gloomy dalam diri saya. Saya emang sering merasa tidak berharga dan ingin sembunyi dari dunia. Dalam pelukan Mumu lah saya mendapatkan tempat bersembunyi yang paling aman dan hangat, yang tidak saya temukan di mana pun..
Hehehehee..
Yah, yang sabar aja ya Muw. Siapa suruh dulu meluk aku? :p
-ema
Barusan saya ngobrol sama Mumu soal kebiasaan saya yang dikit-dikit meluk, bentar-bentar minta dipeluk. Saya sendiri heran, kok saya kayak kecanduan berpelukan gitu. Padahal, di masa lalu saya gak suka banget sama hal-hal berbau pelukan, gandengan, dan sentuhan2 lainnya.
kalau dingat-ingat,
Mumu lah yang mengenalkan hangatnya rasa sebuah pelukan pada saya.
Dulu, waktu belum pacaran, kami emang udah dekat dan selalu sharing tentang banyak hal, termasuk soal rasa frustasi kami terhadap sekolah dan sistemnya. Kami pun membuat rencana2 dan bermimpi bersama. Satu kali, ada harapan kami yang terwujud (kalo gak salah sih sama2 berangkat ke konferensi internasional Women for Peace gitu). Nah, pas kami ketemuan, tiba2 dia meluk saya kegirangan terus nangis gitu. Hahahaa.. Saya, yang seumur2 hampir gak pernah pelukan, cuma bisa terdiam dipeluk erat gitu. Tapi saya gak risih, saya seneng, saya bisa ngerasain bahagianya dia. Dalam pelukan Mumu itu, saya merasa ada orang yang membagi mimpinya dengan saya, siap berjuang bersama saya juga, dan siap mendukung saya sepenuhnya. Saya pun memiliki kesiapan yang sama untuknya! Dan perasaan itu tersampaikan dengan gamblang lewat pelukan ituu... awwww *melting*
Itulah kali pertama dalam hidup saya merasakan pelukan yang benar2 berarti, gak cuma basa-basi.
Beberapa bulan kemudian, pelukan dengan Mumu itu terjadi lagi. Kalo gak salah waktu itu lagi KKR (Karya Kebangkitan Rohani, acara doa2 orang Katolik gitu). Seusai KKR, Mumu ngajak saya doa bareng. Dia meluk saya sambil mendoakan saya. Dhuaaarrrr... tiba2 saya naaaangis sekenceng-kencengnya. Lama banget pula! Hahahaaaa.... Sekitar setengah jam coy! Entahlah. Saya cuma pengen nangis, dan gak bisa berhenti, dalam pelukan Mumu. Nangis aja, tanpa bicara apa2.
Sejak saat itu, saya mulai memahami apa arti sebuah pelukan. Pelukan (dan sentuhan) ternyata bisa menjadi media yang sangat kuat untuk menyampaikan perasaan, entah senang, kagum, rindu, juga dukungan dan harapan. Sungguh menyenangkan bisa mendapat pelukan yang tulus dari orang-orang di sekitar kita.
Sejak saat itu juga saya mulai memberikan diri untuk menyampaikan perasaan pada teman2 saya lewat pelukan, terutama saat mereka sangat membutuhkan dukungan.
Daaannn, sejak saat itu juga lah saya jadi ketagihan pelukannya Mumu! Apalagi setelah pacaran & living together. Kalau bangun tidur dan sebelum tidur gak berpelukan dulu, rasanya jadi bete, pengen marah, frustasi. Wakakakakakaaa...
Kalo kata Mumu sih, mungkin itu karena saya gak pernah dapat pelukan di keluarga. Keluarga saya memang cukup dingin. Kami tidak punya budaya sentuh dan apresiasi, apalagi dari orang tua ke anak. Ini memunculkan rasa kesendirian dan gloomy dalam diri saya. Saya emang sering merasa tidak berharga dan ingin sembunyi dari dunia. Dalam pelukan Mumu lah saya mendapatkan tempat bersembunyi yang paling aman dan hangat, yang tidak saya temukan di mana pun..
Hehehehee..
Yah, yang sabar aja ya Muw. Siapa suruh dulu meluk aku? :p
-ema
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
What's on your mind? Let me know! :))