"Ma, si xxx sekarang tinggal di jogja ya?"
Saya diam. Lama.
"Ya sudah kalau kamu tidak mau jawab. Tapi sepertinya perasaan ibu benar."
"Nduk, setelah kamu kuliah, kamu boleh kok tinggal di jogja. Kamu mau kerja di sana, mau sekolah lagi, mau apa saja, terserah! Nggak kembali ke Malang juga terserah."
"Ibu dan bapak ini cuma pengen kamu selesaikan kuliah segera. Malu ditanya-tanya orang tentang kuliahmu terus!"
"Pokoknya, selesaikan kuliahmu dalam satu tahun! Titik. Tahun depan, undang ibu dan bapak untuk menghadiri wisudamu. Setelah itu, terserah kamu mau apa."
Ibu berdiri, pergi. Di pintu kamar ia berhenti.
"Kamu itu kalau nulis di facebook hati2. Kamu nggak mau ke gereja lagi juga terserah kamu, tapi kamu harus ingat kalau apa yang kamu tulis di facebook itu bisa dibaca banyak orang."
***
Piala. Juara. Penghargaan. Piagam.
Folder dengan foto-foto itu. Masih lengkap. Orang tua berdiri di sisi. Tersenyum bangga.
Saya persembahkan semua untuk mereka. Kebanggaan, harga diri, prestasi, semua. Saya gadaikan waktu saya untuk mereka, hobi saya, pilihan saya. Belasan tahun lamanya.
***
Ibu, Bapak, apakah aku semenjijikkan itu? Atau aku terlalu tinggi menaikkan harga diri kalian dulu?
***
Diberi kemerdekaan?
Intonasi itu, ekspresi wajah itu, seertinya lebih cocok disebut membuang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
What's on your mind? Let me know! :))