Saya punya tiga sepatu. Satu diberi bapak waktu SMA. Satu diberi bapak dua tahun lalu. Satu lagi saya beli sendiri tiga tahun lalu.
Dua sepatu yang diberi bapak hampir tak pernah saya pakai. Bukan karena jelek atau tak nyaman di kaki. Hanya tidak sreg saja di hati saya. Oke, katakanlah saya cerewet, tapi saya memang mengutamakan rasa dalam memilih sepatu. Saya tak butuh merk, ketenaran, atau kebaruannya di dunia mode. Saya butuh sepatu yang nyaman di kaki saya, mata saya dan hati saya. Saya butuh sepatu yang mampu menggambarkan diri saya, entah bagaimana caranya. Sepatu yang membuat saya bangga dan senang saat menggunakannya.
Untuk menemukannya, saya butuh waktu cukup lama. Sepatu putih yang menemani saya tiga tahun ini, adalah hasil 3 bulan keluar masuk toko. Saya saaaaangat menyukainya. Saya gunakan tiap hari, sepanjang hari. Kerja, kuliah, main, pelatihan, ia menemani saya selalu. Kata orang, sih, sadis. Haha. Saya salut pada pilihan hati saya itu. Ia tetap empuk hingga sekarang. Awet sekali. Sol bagian bawahnya sudah mulai lepas, memang, tapi tidak sulit untuk diperbaiki. Namun ia bau. Mungkin karena benar-benar terlalu sering saya pakai. :((
Saya tetap menyukai si Putih dan menyayanginya. Tapi saya juga sadar kalau saya harus mencari teman untuknya, agar ia tak bekerja sendiri dan punya kesempatan istirahat. Enam bulan lalu saya mulai keluar masuk toko, melihat dan mencoba berpasang-pasang sepatu. Banyak yang bgus, tentu saja, tapi belum sreg di hati.
Hari ini, saya menjelajah lagi. Tidak bersama si Putih, saya menjemurnya agar tetap kering dan sehat. Sebelum berangkat hunting, saya pamit si Putih. Minta doa, biar bisa dapat teman yang cocok buat dia. Hahahaha...
Ehhh, doanya manjur, lho. Setelah satu jam lebih berkeliling, saya menemukan si coklat ini. Saya jatuh cinta. Pas sekali! Cocok. Hanya itu yang ada di hati. Akhirnyaa.... hahaha...
Begitulah. Sekarang saya punya sahabat jelajah baru. :))))))
Dududuuu...
-ema
Dua sepatu yang diberi bapak hampir tak pernah saya pakai. Bukan karena jelek atau tak nyaman di kaki. Hanya tidak sreg saja di hati saya. Oke, katakanlah saya cerewet, tapi saya memang mengutamakan rasa dalam memilih sepatu. Saya tak butuh merk, ketenaran, atau kebaruannya di dunia mode. Saya butuh sepatu yang nyaman di kaki saya, mata saya dan hati saya. Saya butuh sepatu yang mampu menggambarkan diri saya, entah bagaimana caranya. Sepatu yang membuat saya bangga dan senang saat menggunakannya.
Untuk menemukannya, saya butuh waktu cukup lama. Sepatu putih yang menemani saya tiga tahun ini, adalah hasil 3 bulan keluar masuk toko. Saya saaaaangat menyukainya. Saya gunakan tiap hari, sepanjang hari. Kerja, kuliah, main, pelatihan, ia menemani saya selalu. Kata orang, sih, sadis. Haha. Saya salut pada pilihan hati saya itu. Ia tetap empuk hingga sekarang. Awet sekali. Sol bagian bawahnya sudah mulai lepas, memang, tapi tidak sulit untuk diperbaiki. Namun ia bau. Mungkin karena benar-benar terlalu sering saya pakai. :((
Saya tetap menyukai si Putih dan menyayanginya. Tapi saya juga sadar kalau saya harus mencari teman untuknya, agar ia tak bekerja sendiri dan punya kesempatan istirahat. Enam bulan lalu saya mulai keluar masuk toko, melihat dan mencoba berpasang-pasang sepatu. Banyak yang bgus, tentu saja, tapi belum sreg di hati.
Hari ini, saya menjelajah lagi. Tidak bersama si Putih, saya menjemurnya agar tetap kering dan sehat. Sebelum berangkat hunting, saya pamit si Putih. Minta doa, biar bisa dapat teman yang cocok buat dia. Hahahaha...
Ehhh, doanya manjur, lho. Setelah satu jam lebih berkeliling, saya menemukan si coklat ini. Saya jatuh cinta. Pas sekali! Cocok. Hanya itu yang ada di hati. Akhirnyaa.... hahaha...
Begitulah. Sekarang saya punya sahabat jelajah baru. :))))))
Dududuuu...
-ema
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
What's on your mind? Let me know! :))