Hari ini, saya pergi ke Bantul seperti biasa, membeli rendeng (daun kacang tanah) untuk kelinci2 tercinta. Tak disangka, di sana saya bertemu salah satu satpam perempuan di kampus saya. Ternyata dia adalah menantu Mbah Wadji si penjual rendeng. Ia mengenal saya dari kejauhan, lalu menyapa saya dengan girang.
Ia pun mengundang saya untuk mampir ke rumahnya. Senang sekali! Ia berterima kasih karena saya selalu menyapa dia dan teman2 satpam lainnya. Katanya, makin banyak mahasiswa yang menganggap satpam sebagai musuh (karena satpam bertugas mengecek KIK mahasiswa, kalau tidak punya tidak boleh parkir di dalam kampus). Karena itu mereka akan selalu ingat dan menghargai mahasiswa yang mau berinteraksi dan menghargai pekerjaan mereka.
Sejak kecil, saya memang dibiasakan orang tua (yang keduanya bekerja di sekolah) untuk berinteraksi dengan satpam dan petugas kebersihan sekolah. Kebiasaan ini masih saya hidupi hingga sekarang. Saya hanya terbiasa, dan tidak menyadari bahwa sapaan-sapaan itu bisa seberarti itu bagi mereka.
Kami pun ngobrol lama di rumahnya. Ternyata selama ini dia mengamati saya dan ingin sekali mengobrol bersama. Katanya dia suka dengan gaya rambut saya, terus potong rambut seperti saya. Hahahahaa... Saya pun dikenalkan pada suami dan ketiga anaknya. Roti Jowo (ketela rebus) pun mereka hidangkan bersama segelas kopi panas. Hiks...saya terharu. Setengah jam kemudian saya diajak makan bersama. Sederhana, tapi sangat hangat! Saya merasa mendapat keluarga baru lagi di sini.
Kami pun ngobrol ngalor ngidul. Dia banyak bercerita tentang suka-duka bekerja sebagai satpam di kampus, soal menjadi pegawai outsourcing, dan sebagainya. Saya senang sekali mendengarnya. Dia juga banyak bertanya tentang saya dan kehidupan saya. Kami berbagi banyak cerita. Sangat menyenangkan! Ingin rasanya tinggal lebih lama, tapi saya mesti pamit karena anak-anaknya mengajak pergi nonton pacuan kuda.
Saya pulang dengan mata berkaca-kaca. Bunda Teresa bilang, peace begins with a smile. Ya, saya makin mempercayainya sekarang. Semoga keluarga mereka makin sejahtera. Amin.
"Sincere smile turns stranger into a new family."
-ema
Ia pun mengundang saya untuk mampir ke rumahnya. Senang sekali! Ia berterima kasih karena saya selalu menyapa dia dan teman2 satpam lainnya. Katanya, makin banyak mahasiswa yang menganggap satpam sebagai musuh (karena satpam bertugas mengecek KIK mahasiswa, kalau tidak punya tidak boleh parkir di dalam kampus). Karena itu mereka akan selalu ingat dan menghargai mahasiswa yang mau berinteraksi dan menghargai pekerjaan mereka.
Sejak kecil, saya memang dibiasakan orang tua (yang keduanya bekerja di sekolah) untuk berinteraksi dengan satpam dan petugas kebersihan sekolah. Kebiasaan ini masih saya hidupi hingga sekarang. Saya hanya terbiasa, dan tidak menyadari bahwa sapaan-sapaan itu bisa seberarti itu bagi mereka.
Kami pun ngobrol lama di rumahnya. Ternyata selama ini dia mengamati saya dan ingin sekali mengobrol bersama. Katanya dia suka dengan gaya rambut saya, terus potong rambut seperti saya. Hahahahaa... Saya pun dikenalkan pada suami dan ketiga anaknya. Roti Jowo (ketela rebus) pun mereka hidangkan bersama segelas kopi panas. Hiks...saya terharu. Setengah jam kemudian saya diajak makan bersama. Sederhana, tapi sangat hangat! Saya merasa mendapat keluarga baru lagi di sini.
Kami pun ngobrol ngalor ngidul. Dia banyak bercerita tentang suka-duka bekerja sebagai satpam di kampus, soal menjadi pegawai outsourcing, dan sebagainya. Saya senang sekali mendengarnya. Dia juga banyak bertanya tentang saya dan kehidupan saya. Kami berbagi banyak cerita. Sangat menyenangkan! Ingin rasanya tinggal lebih lama, tapi saya mesti pamit karena anak-anaknya mengajak pergi nonton pacuan kuda.
Saya pulang dengan mata berkaca-kaca. Bunda Teresa bilang, peace begins with a smile. Ya, saya makin mempercayainya sekarang. Semoga keluarga mereka makin sejahtera. Amin.
"Sincere smile turns stranger into a new family."
-ema
sangar mbak......
BalasHapusApane sing sangar Za? icon smile-e? Hahahahaaa...
Hapus