Jogja panas waktu saya dan Mumu makan siang di pepes Mbah Im. Saya menenggelamkan diri di instagram, di antara ribuan foto bertagar #ftm, #transguy, dan #transmen.
"Mumu, liat deh, yg ini ganteng banget yaaaa...."
Mumu hening dan mengirim tatapan aneh.
"Kamu tau nggak sih, apa yang paling diinginkan oleh orang2 seperti itu?"
Oke. Itu pertanyaan aneh. Aura Mumu juga aneh.
"Enggak," jawab saya bodoh.
Saya tahu ke mana arah pembicaraan ini. Entah kenapa, saya lontarkan juga pertanyaan yang jelas2 tidak ingin saya dengar jawabannya:
"Emang kenapa, Mu?"
"Mereka ingin diakui sebagai manusia kelas nomer satu, manusia dengan gender laki-laki. Mereka tidak mau lagi hidup sebagai second class citizen; perempuan."
"Mereka masuk di pusaran sistem dan budaya patriarki, mengamininya, dan berusaha menjadi orang yang didewakan di kultur itu. Dengan menjadi laki2."
Nah, lho. Keluar sudah jawaban terprediksi itu. Bukan Mumu namanya kalau jawabannya tidak begitu.
Saya diam dan berusaha keras tidak menangis di situ, meski gagal. Beberapa tetes air mata kadung meluncur deras.
Saya tidak lagi menatap mata Mumu hari itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
What's on your mind? Let me know! :))