baiklah! saya mengaku!! sejak lulus SMA, saya hampir tak pernah lagi membaca. apapun! kecuali komik detektif konan, shanaou yoshitsune, hai miiko, dan kungfu boy. selebihnya? mati. dua tahun saya berlangganan koran, yang rutin saya baca. kemudian? menguap begitu saya. genap satu tahun saya tak lagi membaca koran. buku? haha. lemari buku saya yang penuh itu hanya tipuan. setengahnya buku lama, setengah lagi onggokan buku baru yang bahkan daftar isinya saja tak saya tengok.
saya tenggelam dalam masa lalu; terus-terusan mengingat dan mengidentifikasi diri sendiri sebagai kutu buku. oh my...! itu sungguh masa lalu! penghargaan sebagai siswa paling rajin membaca dan meminjam buku itu benar2 masa lalu! ema yang banyak tahu ini itu karena buku pun masa lalu! dan saya masih hidup dalam kenangan itu. haloooo!!! what the hell are you thinking about, ema???
sejujurnya saya sadar tentang hal itu. otak saya tahu betul bahwa modal berpikir saya hanya televisi, film, facebook, google dan segala informasinya, sedikit catatan teman, dan sedikit diskusi di sana sini. tapi saya menyangkalnya!!!
tadi malam, saya menyadari bahwa saya tak bisa lari lagi. dua-tiga kalimat sederhana dari dosen membuat saya tak berkutik. "saran saya, konteks dan perspektif hukumnya kelihatannya kurang kamu elaborasi. model dan cara penelitianmu apakah menggunakan deduksi atau induksi?sebaiknya kamu tekankan aplikasinya. secara umum, substansinya oke dan kontekstual."
JEDHEERRR!!!!
konteks dan perspektif hukum? seperti apa itu? bagaimana mengelaborasinya? deduksi? induksi? apa itu? seperti apa bentuknya? apa yang harus saya lakukan sekarang?
kepala saya berpikir keras, berusaha memahami tulisan itu. kesulitan sekali, saya mendiskusikannya dengan seorang teman.
"nurul, penelitian deduktif dan induktif itu apa? bagaimana bentuknya? saya tidak paham sama sekali..."
Nurul menjelaskan, dan otak saya masih saja kesulitan.
sampai akhirnya nurul berkata,
"sepertinya kamu kurang membaca, ema."
di situ pertahanan saya runtuh. segala kepalsuan yang saya bangun untuk diri saya sendiri, terbongkar sudah. saya seperti menatap cermin yang memantulkan diri saya seutuhnya, sesuatu yang selama ini saya hindari mati-matian.
apa lagi yang mau saya katakan? apa lagi yang mau saya palsukan? apa lagi yang mau saya hindari? semua sudah nyata. memahami dua kalimat sederhana saja saya tak bisa...
saya malu, sangat malu. pada diri saya sendiri....